Pengamat politik, Akhmad Basuni mengatakan, banyaknya partai pengusung akan mempengaruhi terhadap kemenangan pasangan calon. Apakah itu pengaruhnya besar, sedang maupun kecil.
“Saya kira pengaruh partai pengusung banyak terhadap kemenangan ada. Tapi itu juga tergantung dari tim pemenangan yang melakukan konsolidasi. Terus bagaimana kekompakan partai pengusung itu untuk memenangkan calonnya,” ungkapnya kepada Pasundan Ekspres, Jumat (24/6).
Dia mengatakan, dengan partai pengusung yang banyak pada akhirnya perlu menerapkan politik akomodatif. Maksudnya, mengakomodir kepentingan partai saat calon tersebut menang dalam Pilkada.
Baca Juga:Mensos Bagikan Tips Cara Usaha Mikro Bisa Beromset MiliaranDigital Talent BRI Torehkan Prestasi di Ajang UN World Innovation Day Hack 2022
Kemenangan pasangan calon juga, kata Akhmad Basuni, bukan hanya soal seberapa banyak partai yang mengusung. Tapi ada faktor figur yang perlu diperhatikan. “Kalau partai pengusung banyak tapi tidak bisa memasarkan calonnya ya percuma juga. Ternyata figur calon juga mempengaruhi terhadap kemenangan,” jelasnya.
Pada Pilkada 2024 mendatang, pola koalisi dengan partai pengusung yang banyak belum tentu terjadi. Mengingat dengan partai pengusung yang banyak bisa jadi akan merepotkan ketika menerapkan politik akomodatif.
“Bisa jadi yang penting memenuhi syarat yakni 10 kursi, koalisi kecil bisa terjadi apalagi figurnya meyakinkan,” katanya.
Jika dalam pilkada 2018 lalu ada tiga pasang calon, Akmad Basuni memprediksi ada tiga pasang calon juga di Pilkada 2024. Untuk saat ini belum bisa diprediksi siapa yang akan berpasangan dengan siapa, mengingat waktu pilkada masih cukup lama.
“Bisa jadi juga lebih dari tiga pasang, melihat peta politik hari ini saya kira kemungkinan nanti ada tiga pasang calon,” bebernya.
Berdasarkan pengamatan Pasundan Ekspres, saat ini sudah terlihat ada komunikasi politik yang sudah dibangun parpol menjelang pemilu 2024. Komunikasi politik seperti silaturahmi antar partai politik hingga terang-terangan mengusung bakal calon bupati.
Terbaru, komunikasi yang dijalin antara Golkar dan PAN. Kedua partai itu melakukan pertemuan pada 20 Juni di Gedung Golkar Subang. Pertemuan menindaklanjuti Koalisasi Indonesia Bersatu (KIB).
Baca Juga:Mensos Kobarkan Semangat Wirausaha kepada 1.500 Ibu-Ibu KPM PKH di MalangPercepat Penanganan Kemiskinan, Mensos Sebarkan Semangat Pahlawan Ekonomi
Dalam pertemuan itu belum terang-terangan soal siapa yang akan maju di Pilkada 2024. Namun dua nama yakni Elita Budiarti dan Farah Puteri Nahlia disebut-sebut dalam pertemuan tersebut. Bahkan ada istilah dua srikandi.