Retno menyayangkan teriakan tersebut. ”Harusnya ajukan saja pertanyaan waktu doorstop,” ujarnyi.
Saya pun mencari video di sekitar peristiwa itu. Saya ingin tahu: itu teriakan atau pertanyaan.
Kesimpulan saya: itu pertanyaan.
”Why did you start the war?” Hanya, nada kalimatnya memang seperti teriakan. Terutama ketika ia mengulangi pertanyaan itu untuk kali kedua. Nada tersebut ia turunkan kembali ketika mengulangi untuk kali ketiga.
Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: SatindraPLTGU Jawa-1 Salurkan Hewan Kurban ke 50 Titik Lokasi
Posisi kerumunan wartawan itu memang terlalu dekat. Seharusnya memang hanya wartawan foto yang diizinkan untuk di momen tersebut. Yang dilengkapi kamera berlensa tele. Wartawan tulis di momen berikutnya.
Saya jadi ingat peristiwa peliputan ulang tahun kembalinya Hong Kong ke Tiongkok 1 Juli lalu. Yakni, saat Presiden Xi Jinping tiba. Wartawan foto dilarang membawa payung. Padahal, lagi hujan. Tanpa alasan. Anda tahu kira-kira mengapa?
Agar jangan terlihat ada foto di media begitu banyak payung di depan Presiden Xi.
Anda sudah tahu artinya: jangan dikira ada demo. Simbol gerakan demo anti-Tiongkok di Hong Kong adalah payung.
Begitulah mengatur wartawan.
Momentum pertemuan para Menlu G20 pun berlalu. Pertemuan itu penting agar KTT G20 nanti sukses. Semua bahan dan putusan KTT dirumuskan para Menlu.
Kini waktunya tinggal 3,5 bulan. Waktu berjalan begitu cepat. Kemarin dulu hari raya Iduladha. Besoknya sudah Iduladha lagi. KTT G20 Bali tinggal pertengahan November.
Amerika Serikat dan Rusia masih sama kerasnya. ”Kami melihat tidak ada gunanya bertemu dengan Menlu Lavrov selama Rusia masih menyerang Ukraina,” ujar juru bicara Menlu Blinken seperti dikutip berbagai media.
Baca Juga:Penyaluran Kredit Perbankan Tumbuh Pesat 9,03 PersenTrademark Market 2022 di Kota Bandung Pemicu Pemulihan Ekonomi
”Kami tidak mengejar siapa pun untuk mau mengadakan pertemuan,” ujar Lavrov.
Menlu Retno Marsudi wanita istimewa. Dia kuat menghadapi semua itu. Sulit, tapi siapa tahu masih bisa. (Dahlan Iskan)