Permintaan itu langsung disampaikan ke Kapolda Jambi Irjen Pol A Rachmad Wibowo. Yakni saat Kapolda berbelasungkawa ke rumah duka di Desa Suka Makmur.
Saat itu hari pertama setelah mayat tiba. Kapolda datang secara pribadi. Kapolda menyetujui. Ia bilang akan membantu memindahkan sang adik. “Sekarang keluarga kami tenang,” katanya.
Jenazah Yosua sendiri tiba di kampung Suka Makmur tanggal 9 Juli. Berarti sehari setelah ia tewas.
Baca Juga:Pengembangan Diri Guru untuk Meningkatkan KompetensinyaCegah Hoax, Kang Hengki: Pojok Baca Digital Bangun Literasi Masyarakat
Waktu jenazah tiba ayah-ibu-adik-kakak Joshua tidak ada di rumah. Mereka masih dalam perjalanan jauh dari Padang Sidempuan, Sumut.
Jenazah tiba sekitar jam 15.00. Ayah-ibu-adik-kakak baru tiba tiga atau empat jam kemudian
Tiga hari sebelum hari duka itu keluarga memang melakukan perjalanan ke Sumut. Mereka pakai mobil Rush hitam milik sendiri.
Tujuan pertama mereka ke Silangit, dekat Danau Toba. Jauh sekali. Lebih 25 jam perjalanan. Mereka ke makam kakek-nenek Joshua dari pihak ibu.
Dari Silangit mereka ke Padang Sidempuan. Tujuh jam perjalanan. Mereka ke makam kakek-nenek Yosua dari pihak ayah.
Di wilayah barat Sumut itu mereka juga mengadakan kebaktian. Di tengah kebaktian itulah kakak sulung Yosua menerima telepon dari adiknyi di Jakarta. Itulah telepon duka:Â Yosua meninggal.
Si sulung menjawil badan Sang ayah. Agar Sang ayah mau menerima telepon dari Jakarta. “Ada berita duka,” ujarnyi.
Baca Juga:Mobil Perpusling Bermanfaat Tingkatkan Literasi MasyarakatAnggaran Penanganan Covid-19 Tidak Melalui Musdesus
Sang ayah lagi khusyuk kebaktian. “Nanti saja. Masih kebaktian,” ujar Samuel, sang ayah, tanpa memahami itu soal nasib anaknya.
Sesaat kemudian ganti adik bungsu yang menjawil Sang ayah. “Terima telepon ini. Yosua meninggal,” ujar si bungsu.
Kebaktian pun diakhiri. Mereka langsung naik mobil kembali ke Jambi. Perjalanan yang amat jauh. Mereka tidak sempat menyambut jenazah di bandara Jambi. Bahkan telat pula sampai rumah. Perjalanan itu memakan waktu hampir 20 jam.
Setelah sampai rumah keluarga ingin segera membuka peti jenazah.
“Ada anggota Polri yang menyampaikan ke kami peti jenazah tak boleh dibuka,” katanya kepada Andri Brilliant Avolda, wartawan Jambi Ekspres, grup Disway.
Namun Samuel ngotot. Ia cari alasan: untuk menambah formalin. Agar tidak cepat busuk.