DPR RI Komisi IX Bersama Mitra Kerjanya BKKBN Jawa Barat Sosialisasikan Germas di Subang

DPR RI Komisi IX Bersama Mitra Kerjanya BKKBN Jawa Barat Sosialisasikan Germas di Subang
0 Komentar

SUBANG – Semua orang pasti ingin selalu sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Sebab, dengan tubuh dan pikiran yang selalu sehat, kesejahteraan dan kualitas hidup tentunya juga dapat meningkat.

Menjaga kesehatan pun nyatanya tidak sesulit yang dibayangkan, salah satunya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat setiap hari.

Bagaiamana menerapkan gaya hidup sehat, soal itu dikupas oleh Aggota Komisi IX DPR RI Linda Megawati bersama mitra kerjanya BKKBN Jawa Barat pada sosialisasi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) dalam penanggulangan Penyakit Menular di Subang, tepatnya di lembah Gunung Kujang. Pada Sabtu (23/7).

Baca Juga:Mensos Risma Dukung Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Waropen PapuaRp639 T untuk Pembiayaan di Sektor Berkelanjutan, BRI Serius Tunjukkan Komitmen Dukung ESG

“Gaya hidup sehat adalah sebuah komitmen jangka panjang untuk menjaga atau melakukan beberapa hal agar mampu mendukung fungsi tubuh, sehingga berdampak baik bagi kesehatan,” papar Linda.

Sementara itu Koordinator Bidang Apdin BKKBN Jawa Barat, Herman, dalam sosialisasi tersebut lebih menekankan pada keadaan sejumlah negara berkembang termasuk Indonesia mengalami perubahan pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.

“Perubahan pola ini disebabkan karena berubahnya perilaku manusia. Pada era tahun 1990 an penyebab kesakitan dan kematian terbesar adalah penyakit menular. Namun sejak 2010, penyebab terbesarnya adalah penyakit tidak menular seperti stroke, jantung, dan diabetes,” katanya.

Risiko penyebab maraknya PTM, disebabkan berubahnya gaya hidup masyarakat seperti kurang olahraga, pola makan tidak sehat, minum minuman beralkohol, dan kebiasaan merokok. Selain masalah tersebut, saat ini Indonesia mengalami persoalan gizi serius serta cakupan dan mutu imunisasi yang belum maksimal.

“Hal ini ditunjukkan dengan tingginya prevalensi stunting (gagal tumbuh) pada balita. Yaitu masih sekitar 37,2 % berdasarkan riset kesehatan dasar tahun 2013, dan 1,7 juta anak belum mendapat imunisasi lengkap”, tambahnya.

Stunting merupakan gambaran terjadinya gangguan pertumbuhan fisik, otak, kecerdasan, dan metabolisme tubuh. Sedangkan anak yang tidak mendapat imunisasi dasar lengkap, berisiko menderita kecacatan hingga kematian. Oleh karenanya membutuhkan penanganan serius dengan melibatkan berbagai pihak lintas sektor. (idr)

0 Komentar