Sekolah adalah tempat dilahirkannya bibit-bibit tunas bangsa dengan harapan menjadi manusia yang berguna. Sekolah adalah rahim pencetak generasi berkelanjutan demi meneruskan perjuangan para pahlawan. Karenanya, diperlukan guru yang handal dan berkompetensi. Lebih dari itu, karakter siswa yang terpuji akan diawali oleh karakter guru yang baik. Karakter guru yang dimaksud tidak akan didapat apabila kepala sekolahnya tidak menerapkan sebuah kearifan. Artinya kepala sekolah yang dihadirkan dalam sebuah lembaga pendidikan harus memiliki karakter yang baik, kompeten dan memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.
Jika para guru bekerja dalam sebuah tekanan kepala sekolah yang otoriter dan tidak memiliki jiwa kepemimpinan, akan seperti apa mereka mengajar?. Mungkin jangankan untuk mengajar, untuk datang ke sekolahpun menjadi tidak bersemangat. Kepala sekolah yang semena-mena menerapkan kebijakan tanpa aturan yang jelas berdalih peraturan yang wajib dilakukan. Semuanya memang dituntut profesional, tapi tidak demikian dengan praktiknya. Bekerja tidak sekedar pencarian materi yang sebanyak-banyaknya. Aspek kenyamanan dalam sebuah sekolah jelas nomor satu. Apabila lingkungan kerja nyaman, tentunya akan membawa dampak positif pada peningkatan kinerja guru. Suasana juga komponen diperlukan oleh guru adalah nyaman dengan kebiasannya, rekan kerjanya, tempat kerjanya juga atasannnya. Banyak keterkaitan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru yang akhirnya berimbas kepada siswa. Hakikat seorang pemimpin itu layaknya seorang guru, digugu dan ditiru. Bijak jadi teladan, curang jadi cemooh. Segala baik dan buruknya adalah bahan perbincangan. Tentunya, setiap manusia tidak memiliki kesempurnaan. Sisi terpuji dan tercaci itu selalu ada berdampingan. Ada baiknya seriap pemimpin harus mempunyai sifat yang bijaksana dan selalu mau membuka diri untuk meningkatkan kompetensinya agar dapat membawa kebaikan pada sekolah yang dipimpinnya.
Kepemimpinan itu jika dia berada di posisi di depan harus menjadi contoh tapi saat di tengah bisa membangun tim, membangun kemauan dan spirit berjuan dan ketika di belakang , dia harus memberi dorongan atau semangat untuk maju. Maka orang memiliki jiwa pemimpin itu harus ada dimana mana atau he can be anywhere, tetapi fungsinya tetap ada meskipun berbeda, sehingga dalam kepemimpinan itu mengandung unsur telling, selling, participating dan delegating(Hersey and Blanchard ,1993). Filosofi Ki Hajar Dewantoro yang terkenal dengan ing ngarso sun tulodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani .