sumbernya belum dilakukan.
Dalam hal kesehatan, dioksin turut mengancam kelangsungan hidup manusia. Paparan racun ini dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), senyawa beracun ini dapat menyebabkan kanker, menyerang sistem imun, dan dan terburuknya mempengaruhi sistem reproduksi. Sialnya, seperti sudah disinggung sebelumnya, selain bertebaran di udara, dioksin juga memiliki kemampuan masuk ke dalam rantai makanan. Dengan kata lain, risiko paparan racun ini untuk manusia dan hewan semakin tinggi.
Salah satu contoh PLTSa yang saat ini sedang di gencarkan yakni PLTSa Putri Cempo yang di kabarkan akan beroperasi pada akhir 2022 nanti. PLTSa Putri Cempo ini menerima ± 250 ton per hari dan memiliki timbulan sampah sebesar 1,6 juta ton. Menurut Asisten Deputi Perumahan, Pertanahan dan Pembiayaan
Infrastruktur Kementerian Koordinator (Kemenko) bidang PLTSa, Putri Cempo dijadikan sebagai salah satu proyek prioritas yang diterapkan pemerintah . Ini didukung oleh seringnya pejabat negara melakukan kunjungan ke PLTSa Putri Cempo seperti Bapak Luhut Binsar Panjaitan (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi), Bapak Ganjar Pranowo (Gubernur Jateng), Bapak Kapten Inf Edi Susilo (Danramil 04/Jbs) dan sebagainya.
Beberapa penelitian telah dilakukan oleh sejumlah pegiat lingkungan yang mana mengungkapkan perencanaan pembangunan kerap diabaikan baik masyarakat maupun organisasi masyarakat sipil, sehingga hal ini menunjukkan kurangnya transparansi dari pemerintah. Proses perizinan lingkungan pun juga menjadi catatan buruk ketika proyek akan beroperasi namun dokumen perizinan lingkungan belum terselesaikan padahal aspek kesehatan masyarakat sekitar sangat penting sehingga proyek ini terkesan terburu-buru dan kejar target meskipun sebenarnya target ini pun sudah mundur dari perencanaan awal.
Baca Juga:Kang Emil Ajak Berantas Stunting, Jika Tidak di 2045 Bakal jadi Generasi Muda yang GagalHarmoni Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Kinerja Guru
Selain itu untuk bahan pembakarannya membutuhkan sampah dalam jumlah yang besar yaitu sekitar 500 – 1000 ton sedangkan volume yang ada di wilayah Solo 260 ton sampah per hari, maka akan kesulitan memenuhi kuota sehingga akhirnya bukan mengolah atau mengurangi sampah namun pemerintah akan berusaha menambah sampah untuk memenuhi kebutuhan incinerator.dan sempat di kabarkan dalam waktu 10 tahun kedepan wilayah Solo akan kekurangan sampah.(*)