Kasus di sekolah masih terdapat tindakan bullying dan kekerasan, seperti yang dimuat oleh berita di situs Okezone.com yang ditulis oleh (Nasuha, 2019) terdapat berbagai kasus kekerasan dan bullying yang terjadi di sekolah diantaranya adalah kekerasan yang dilakukan antar siswa yaitu seorang taruna di Makassar dengan luka lebam disekujur tubuhnya akibat penganiayaan oleh seniornya. Terdapat juga kekerasan antar guru dengan siswa yaitu guru menampar hingga menendang siswa SMP di NTT serta ada juga kasus kekerasan antara murid dengan guru yakni murid melakukan rundungan pada gurunya di Gresik dengan mendorong dan mengarahkan tangannya yang terkepal kearah guru serta mengeluarkan kata-kata kotor dan merokok dihadapan guru. Selain itu kekerasan seksual terjadi dalam sekolah. Dalam Tempo.co juga dimuat bahwa hasil pengawasan KPAI mengungkap terjadi kasus kekerasan di SD dan SMP yang terjadi di 13 lokasi dan menimbulkan korban sebanyak 73 orang (Riana, 2019). Beberapa kasus yang terjadi tersebut begitu miris mengingat bahwa sekolah merupakan tempat yang kerap dianggap aman bagi anak.
Saat ini kita memang berada dalam era revolusi 4.0 teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dan semakin cepat. Namun dari segi karakter, kita masih mengalami ketertinggalan. Kasus bullying yang marak tanpa mengenal batas usia, kekerasan terhadap siswa yang dilakukan tenaga pendidik, bahkan tindakan kekerasan yang berujung pada kematian. Semua kasus kekerasan yang menimpa murid dan guru tersebut mencerminkan pembangunan karakter kepada penerus bangsa tidak efektif. Bukan hanya siswa, bahkan seorang guru juga sudah melenceng dari makna yang sesungguhnya.
Pendidikan karakter yang selama ini disuarakan sepertinya tidak mengalami perkembangan dalam bidang implementasi dan tidak membawa perubahan yang signifikan. Pendidikan berbasis karakter seakan menjadi retorika belaka yang banyak dibicarakan namun minim tindakan. Seorang siswa harusnya saling mengasihi diantara sesama siswa dan menghargai guru begitu juga sebaliknya. Pendidikan IPS, dalam kontek pendidikan karakter yang akan mengajarkan tentang relasi yang berlandaskan kasih sayang, maka hal ini cukup kontekstual dalam pembentukan karakter siswa. Siswa bukan hanya dilihat sebagai siswa tetapi sebagai agent of change bagi keluarganya, lingkungan sekitar, bahkan bangsa dan negaranya.