Berdasarkan dampak pembelajaran yang dirasakan oleh siswa maka hal-hal yang dapat ditingkatkan dalam pembelajaran agar siswa lebih cenderung untuk menikmati pembelajaran luring ada dua hal. Dua hal tersebut adalah meningkatkan interaksi yang intensif, kondusif antara siswa dan guru, dan membangun atmosfer sekolah.
Guru perlu merefleksikan kembali proses pembelajarannya. Khususnya saat menjalin hubungan dengan siswa dalam proses pembelajaran. Interaksi dalam proses belajar mengajar yang dirasakan membosankan oleh siswa yang dilakukan di kelas seringkali satu arah, siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru, apalagi jika hal yang dijelaskan oleh guru tidak menyentuh kebutuhan siswa. Oleh karenanya, siswa lebih dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi dengan guru atau antar siswa, terlebih proses pembelajaran berkaitan dengan kebutuhan siswa.
Pemikiran Edgar Dale tentang Kerucut Pengalaman (Cone of Experience) dalam http://deboratresiapurba091.blogspot.com/2017/10/kerucut-pengalaman-edgar-dale.html menyatakan persentase kemampuan siswa dalam memahami dan mengingat materi yang didengar sebelumnya sebagai pengalaman pembelajaran hanya 20%. Jika mereka sekadar mendengarkan penjelasan guru maka siswa akan mudah lupa dengan yang dipelajari sebelumnya. Oleh karena, itu metode ini justeru dapat menjauhkan hubungan antara guru dan siswa.
Baca Juga:Cegah PMK, Pemda Kabupaten Bandung Barat Maksimalkan Vaksinasi Hewan Ternak yang TerpaparDidatangkan Langsung dari Jepara, Karen Furniture Pamanukan Produksi Furniture Berbahan Dasar Kayu Jati
Interaksi merupakan hal yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, siswa akan lebih tertarik terhadap proses pembelajaran jika mendapatkan manfaat (asas kebermanfaatan). Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang dengan model, metode, dan pendekatan pembelajaran sangat penting untuk membantu guru dalam membangun hubungan interaksi yang intensif dan kondusif dengan siswa dan pada akhirnya siswa mendapatkan kebermanfaatan dalam proses pembelajaran.
Melalui rancangan pembelajaran dengan asas kebermafaatan bagi siswa maka manajemen kelas dapat terbangun, terlebih memotivasi siswa untuk belajar menjadi masyarakat pembelajar. Lingkungan pembelajaranpun tercipta secara kondusif. Oleh karena itu class rules atau yang disebut dengan kontrak belajar, tidak dirasakan sebagai sebuah ikatan kebebasan bagi para siswa yang berada pada usia remaja. Pembelajaran luring tidak lagi menjadi pembelajaran yang boring membosankan, namun menjadi situasi yang glowing, sebuah situasi yang memberikan kecerahan dalam menata masa depan siswa. Suasana kelas yang hidup dengan meningkatkan interaksi penghuni kelas, materi pembelajaran yang selalu mendekatkan dengan fakta terutama yang sedang menjadi tranding topik serta meningkatkan pembelajaran dengan media yang update dan software berbasis spasial akan menjadikan siswa selalu ingin tahu lebih dalam dan pembelajaran akan banyak disukai. Model pembelajaran yang bervariasi amat disukai mereka yang ingin menggali ilmu.(*)