Saat itu sang istri –duh, siapa sih namanyi?– langsung menarik simpati publik. Masyarakat memuji dan menyayangi sang istri. Sikapnyi sangat wanita dan berserah diri.
Sampai-sampai sang istri justru dijadikan bintang iklan Sido Muncul. Gila. Berani. Menjadikan istri seorang yang baru tertangkap kasus narkoba sebagai bintang iklan. Ini iklan melawan arus. Tapi harus dicatat dalam sejarah marketing: pernah ada iklan melawan teori seperti itu. Dan sukses.
Memang masih ada kata-kata sang istri yang akan dikenang abadi di iklan itu: “Di saat-saat yang sulit seperti ini saya harus hanya mendengarkan hati nurani saya sendiri”.
Baca Juga:Penerapan Pembelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila untuk Pengembangan Soft Skill Peserta DidikGuru Harus Kreatif Merancang Pembelajaran
Itu kata-kata yang sangat bagus. Simpatik. Bermakna dalam. Lalu ditambahi oleh misi iklan itu: dan di saat masuk angin saya harus tetap ingat…. (sebaiknya saya tidak menyebut langsung nama produk itu).
Mungkin Ny Sambo kurang mendengarkan hati nuraninyi sendiri. Atau sudah. Kelak, setelah 40 hari, kita akan tahu. Apakah pengaduan Ny Sambo soal pelecehan seksual oleh Brigade J itu muncul dari hati nuraninyi sendiri.
Yang jelas ucapan Ny Sambo bahwa dia mencintai suami yang sedang di jurang kehancuran itu sudah termasuk kata-kata yang istimewa. Bahwa itu belum mampu menggerakkan simpati publik, setidaknya simpati saya. (Dahlan Iskan)