ADA gembok kesetiaan. Ikrar seiring-sejalan. Setidaknya hingga akhir masa jabatan. Ada gembok antara Ruhimat-Agus Masykur (Jimat-Akur).
Tapi kadang drama harus dibuat. Di atas latar panggung pementasan. Supaya penonton bisa menikmati klimak-antiklimak. Supaya tahu, siapa penonton yang akan bertahan, tertawa, merenung, pulang atau datang lagi.
Kadang penonton perlu menikmati spoiler-adegan yang sulit ditebak. Jika mudah ‘dibaca’, penonton kadang kecewa, kurang greget.
Baca Juga:Gelar ‘Shop For Free’, BRImo Traktir 900 Nasabah Loyal se-IndonesiaJurus Sinergi Kebijakan Sektor Industri, Perdagangan, dan Investasi Diungkap Airlangga untuk Daya Saing Ekonomi Nasional
Tapi itu di panggung pertunjukan. Di panggung drama, film atau dongeng. Di panggung politik, jangan pula membuat penonton yang sejatinya publik, rakyat, kecewa berlebihan. Apalagi berujung sad ending. Sengsara. Harus happy ending.
Tapi beberapa aktor politik berani membuat kisah menggantung. “Ingin happy ending? Maka pilihlah saya untuk periode kedua!”. Lalu panen gemuruh tepuk tangan.
Begitu biasanya terdengar dari atas panggung kampanye sang incumbent untuk periode kedua. Mungkin itu pula yang akan diperankan Jimat-Akur?
Kita saksikan bersama.
Eep Hidayat, pernah menggantung cerita itu. Semua program dari desa dulu. Maju ke kota. Irigasi, jalan kampung, gor, gang, MCK sampai gotong royong di sawah.
Kota masih burem. Belum tertata. Masih biasa saja.
“Baru aja mau masuk ke kota, bikin gapura, benahi pasar, Allah berkehendak lain. Saya keburu ditahan,” kata Eep sambil terkekeh. Berkisah saat dirinya jadi bupati.
Tapi memang, naskah sudah banyak berubah. Setidaknya sejak Kang Jimat memilih di bawah naungan bendera merah PDIP.
Bisa karena keinginan Kang Jimat atau karena rayuan bendera merah. Atau gayung bersambut. Belum benar-benar gamblang hingga sekarang.
Baca Juga:Tinjau Pembangunan Underpass Dewi Sartika Depok, Ridwan Kamil: Insyaallah Akhir Tahun Selesai5 Pengakuan Bharada E Bawa Kasus Kematian Brigadir J Menuju Terang Benderang, Kuasa Hukum: Dalangnya akan Terungkap
Apa yang sudah didapat di bawah bendera merah? Akses anggaran, program, elektabilitas yang bertambah? Semuanya dapat?
Belum gamblang dijelaskan Kang Jimat. Juga belum gamblang dijelaskan PDIP.
Yang sudah didapat: PDIP penguasa stemple persetujuan anggaran, selalu sejalan. Belum ada ganjalan keras dari legislatif. Tarik ulur sih sering. Seperti sekarang, legislatif setuju tanpa ada APBD-Perubahan di ujung tahun 2022.
Lebih dari itu? Belum jelas.
Apa pengaruh lain? PKS-tempat bernaung Kang Akur pernah mendorong Agus Masykur nyalon DPR RI. Itulah sinyal, kode dari PKS. Sudah terus rasa: bisa jadi Agus Masykur tidak lagi bersama Kang Jimat. Digantikan kader PDIP.