Banyak Langkah dan tindakan strategis yang dilakukan oleh Pemerintah, Lembaga pendidikan, Lembaga sukarelawan yang berkomitmen dalam meningkatkan mutu pendidikan. Tindakan tersebut adalah dengan melakukan pelatihan secara online melalui webinar dan offline atau tatap muka. Usaha tersebut dilakukan untuk melakukan percepatan gerakan dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Sungguh hal yang disayangkan, jika ternyata semua tindakan percepatan tersebut hanya merupakan tindakan dengan istilah Jawa “anget-anget tai ayam” dan kemudian “digebyah uyah”. Arti istilah ini “anget-anget tai ayam”, adalah eforia percepatan gerakan implementasi Kurikulum Merdeka dialihfungsikan untuk tujuan-tujuan tertentu. Sementara arti “digebyah uyah” berarti percepatan Gerakan implementasi Kurikulum Merdeka dianggap biasa-biasa saja, bahkan tidak terjadi perubahan signifikan antara pergantian Kurikulum 2013 dengan Kurikulum Merdeka. Hal ini terbukti bahwa sampai sekarang inipun, Kurikulum 2013 belum teraplikasi dan terealisasi di setiap satuan pendidikan.
Hal ini terbukti, bahwa sampai sekarang ini, masih banyak sekolah yang masih menerapkan Kegiatan Belajar Mengajar secara konvensional, dengan masih teacher center satu arah.
Baca Juga:Rekatkan Silaturrahim dan Sambut 17 Agustus, Warga Jayagiri Lembang Gelar Olahraga SepakbolaHeboh Gerbang Sekolah Disegel Ahli Waris, SDN Bunisari Kabupaten Bandung Barat Kini Dibuka Lagi
Sementara itu, Kurikulum 2013 menghendaki adanya metode dan konsep belajar yang baru dan inovatif seiring dengan berkembangnya zaman. Hal ini berarti guru dan siswa menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan inovatif. Standarisasi dalam Kurikulum 2013, mungkin perlu direfleksikan berkaitan dengan realita dan keberhasilannya.
Belajar dari beberapa hambatan dan refleksi Kurikulum 2013 maka Kurikulum Merdeka perlu benar-benar disiapkan agar dapat menjadi solusi bagi learning loss dan mencapai tujuan dari Kurikulum Merdeka.
Kurikulum ini dibuat dengan tujuan siswa diberikan kebebasan dalam memilih apa yang diminatinya dalam pembelajaran. Dampak yang diharapkan adalah kurikulum Merdeka dapat memudahkan guru dalam mendampingi peserta didiknya untuk menuju tujuan pendidikan.
Hal yang perlu disiapkan salah satunya adalah menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau yang disebut dengan RPP. Beberapa pertemuan dari MGMP guru bermusyawarah untuk membuat RPP.
Namun, RPP yang dimusyawarahkan dalam MGMP merupakan sebuah inspirasi dan dasar bagi pembuatan RPP di masing-masing satuan pendidikan. Hal ini disebabkan bahwa setiap satuan pendidikan mempunyai keunikan, potensi, keistimewaan, dan kharakteristik sendiri. Oleh sebab itu, dibutuhkan kreatifitas guru dalam membuat RPP. RPP yang menunjukkan roh guru dalam menjiwai warna satuan pendidikan.