Kurikulum Merdeka digunakan untuk mengatasi masalah berupa cultural shock, dengan alasan, Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Penguatan profil pelajar Pancasila merupakan pembelajaran dengan kegiatan kokurikuler berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila.
Pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan sesuai dengan pengaturan kolaborasi yang dilakukan oleh para guru di satuan pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan profil pelajar Pancasila bersifat sangat fleksibel, Oleh karena itu, konten, kegiatan, dan waktu pelaksanaan dapat diatur dan dilakukan sesuai dengan hasil musyawarah dan kesepakatan serta kolaborasi para guru.
Hal yang perlu digarisbawahi adalah proyek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran proyek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan, ditujukan untuk mengembangkan karakter pelajar sebagai warga negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Tembak MenembakCatatan Harian Dahlan Iskan: Bintang Wanita
Pertanyaannya adalah bagaimana mengaplikasi Kurikulum Merdeka dalam setiap satuan pendidikan? Lagi-lagi guru merupakan ujung tombak untuk membuat rancangan, ramuan, teknik mengaplikasi, agar olahan guru dapat mewujudkan tercapainya Kurikulum Merdeka, khususnya dapat mengakomodasi kebutuhan anak didik.
Dalam hal ini terdapat dua arahan pembelajaran yang perlu ditekankan dalam Kurikulum Merdeka yaitu arahan pertama; pembelajaran terstruktur yang variatif dimana konten yang dihasilkan akan lebih optimal supaya peserta didik mempunyai cukup waktu dalam memahami konsep serta melakukan penguatan kompetensi, dilakukan dalam kegiatan intrakurikuler. Kedua ; pembelajaran dengan melakukan penguatan karakter peserta didik sebagai profil pelajar Pancasila, dilakukan dalam kegiatan kokurikuler.
Salah satu contoh, model pembelajaran yang dapat menjadi jembatan bagi kedua arahan tersebut adalah Active Learning dan dilanjut dengan Project Bases Learning. Active Learning adalah pembelajaran dengan berorientasi student center. Model pembelajaran Active Learning digambarkan dengan serangkaian proses kegiatan dengan menggunakan metode proses berpikir (thinking), mendiskusikan (discussion), menginvestigasi (investigation) dan pada akhirnya akan menciptakan sesuatu (creating). Model pembelajaran Active Learning akan membantu anak didik dalam melakukan proses penguatan materi. Pembelajaran Active Learning berguna dalam mengaplikasikan pembelajaran terstruktur yang variatif dimana konten yang dihasilkan akan lebih optimal supaya peserta didik mempunyai cukup waktu dalam memahami konsep serta melakukan penguatan kompetensi.