Pojokan 113
Saat ini bukan masa perjuangan merebut kemerdekaan, meski kita tetap berjuang untuk merdeka dari gempuran hoaxs dan citra hidup artifisial dalam dunia maya. Berjuang untuk terus mewujudkan harapan dan cita-cita bangsa. Perjuangan untuk melawan musuh bersama manusia: kemiskinan, hoaxs, ketakadaban diri dan publik dan paham anti Pancasila.
Saat ini ibu bertiwi memanggil kita, bukan panggilan untuk berperang. Namun panggilan untuk menguatkan kecintaan terhadap tanah air. 17-Agustusan menjadi media untuk menunjukkan kecintaan terhadap tanah air ini, ibu pertiwi kita. 17-Agustusan adalah pesta rakyat. Bukan pesta kemegahan dan pamer hedonism. Tapi pamer kemeriahan, kebersamaan, keceriaan dan tanda syukur rakyat untuk Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Namanya pesta rakyat, inisiatif, swadaya dan kebersamaan menjadi ciri utama 17-Agustusan. Dimanapun di seluruh pelosok Indonesia bisa dipastikan, masyarakat menggelar dengan mandiri acara 17-Agustusan. Seperti di Gang Makam, Kelurahan Harapan Baru Bekasi Utara, dimana saya tinggal. Dan tentu di seantero negeri tercinta Indonesia, ada pesta 17 Agustusan.
Baca Juga:Nabila Maharani Hingga Kadinkes Subang Jadi Saksi Kasus Kerumunan Taman Anggur KukuluBRILiaN Young Leader Indonesia, Upaya BRI Ciptakan Talenta Unggul
Gang yang lebarnya hanya 1,5 m dan panjang gang 800meter ini, meriah dengan bendera Merah Putih ukuran 15 cm x 12 cm, yang dipasang di seutas tali wol yang biasa digunakan tukang. Memanjang zigzag hingga ujung gang. Ditambah bendera Merah Putih ukuran 180 cm x 120 cm yang dipasang warga di depan rumah masing-masing.
Kadang di beberapa daerah, warga bergotong royong membuat replika berbagai bentuk kendaraan, atau burung garuda dari bilah bambu yang dilapisi kertas semen dan dicat. Gapura gang atau gapura desa di hias dengan aneka warna dan lampu. Memeriahkan ulang tahun kemerdekaan Bangsa Indonesia dengan cara dan kreatifitas masing-masing.
Tidak hanya itu, setiap gang atau rukun tetangga (RT) bahkan sampai ke tingkat kelurahan, mengadakan lomba-lomba 17 Agustusan. Balap karung, makan kerupuk, panjat pinang, perang bantal di sebilah bambu di atas kali, lomba kelereng, memasukan paku ke botol, hingga pertandingan bola bapak-bapak dengan memakai daster. Dari mulai anak kecil hingga orang dewasa pun terlibat. Keceriaan dan kegembiraan membuncah bersama. Meriah. Pun di Gang Makam, tempatku tinggal.