Oleh :
1.Ninuk Dyah Ekowati, M.Pd.(Guru di SMAK St. Hendrikus, Surabaya)
2.Drs.Priyono,MSi ( Dosen Senior pada Fakultas Geografi UMS )
Kurikulum Merdeka didesain untuk memberikan solusi terhadap masalah yang muncul berupa learning loss. Solusi dari loss learning diharapkan dapat diatasi dengan Kurikulum Merdeka karena kewenangan dan tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks masing-masing sekolah. Kurikulum yang diterapkan merupakan tugas sekolah dan otonomi bagi guru, hal ini menunjukkan gambaran kemerdekaan karena pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan siswa, kondisi sekolah, dan terutama guru sebagai pekerja profesional diberikan penghargaan untuk mengembangkan kurikulum di sekolah. Pengembangan kurikulum disesuaikan dengan dengan kharakteristik, keunikan, potensi siswa dan kondisi sekolah, oleh karenanya seorang guru harus memahami potensi siswa agar bisa mengoptimalkan kemampuannya menjadi sebuah realita. Inilah arti dari sebuah kemerdekaan dari Kurikulum.
Kurikulum Merdeka digunakan untuk mengatasi masalah berupa cultural shock. Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum dengan proyek penguatan profil pelajar Pancasila. Penguatan profil pelajar Pancasila meliputi nilai berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif. Pembelajaran dengan kurikulum berbasis proyek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan melalui kegiatan kokurikuler. Kegiatan kokurikuler ini berbasis proyek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Kurikulum berbasis proyek ini akan mengasah kemampuan berfikir sampai analisis siswa dalam menghadapi obyek kajian di lapangan, sehingga mendekatkan dunia imaginasi menjadi dunia riil.
Baca Juga:Sekitar 100 Orang Warga Cibodas Lembang Ikuti Upacara HUT RI Ke-77 di Lapangan Parkir TimurCatatan Harian Dahlan Iskan: Merdeka Kepundungan
Pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar Pancasila akan menjadi lebih efektif dan efesien jika para guru dapat melakukan kolaborasi satuan pendidikan maupun lintas satuan pendidikan. Pelaksanaan profil pelajar Pancasila bersifat sangat fleksibel. Oleh karena itu, konten, kegiatan, dan waktu pelaksanaan dapat diatur dan dilakukan sesuai dengan hasil musyawarah dan kesepakatan pihak-pihak yang berkolaborasi. Perlunya menggalakkan kerjasama guru bidang kajian maupun di luar bidang kajian yang memiliki keterkaitan. Benar adanya, apa yang dikatakan mantan Dirjen Dikti dan sekarang sebagai ketua IGI ( Ikatan Geograf Indonesia ) bahwa personal maupun Institusi yang ingin maju maka syaratnya harus mau berkolaborasi.