Jadi, ya sudahlah. Level keamanan IT kita memang masih mudah dibobol. Toh nomor telepon, kita bisa ganti. Seperti Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang langsung tidak mau lagi pakai WA. Ia merasa WA-nya dibobol orang.
Tapi NIK harusnya rahasia abadi. Orang kan tidak bisa mengganti NIK. Dan NIK Anda mungkin sudah bukan rahasia lagi. Juga NIK saya. Lantas apa gunanya NIK.
Maka lebih baik ikut Shinta saja: main game. Dulu Anda mengenal Shinta sebagai Shinta bubu.com. Yakni ketika dia masih bergerak di bidang web design. Kini Shinta lebih aktif sebagai investor di start up. Juga jadi penghubung start up dengan venture capital dunia. Dan yang terbaru Shinta jadi pemilik tim ESport terkemuka: Morph.
Baca Juga:Didampingi Guru dan Kepala Sekolah, Siswa SD Pasawahan Kidul Purwakarta Belajar Membuat Pestisida AlamiSepakati Kerjasama Pelayanan, Baznas dan Kantor Pos Kabupaten Purwakarta Tekan MoU
Berita terakhir: Shinta mengikutkan tim ESport-nyi ke kejuaraan dunia di Riyadh. Belum juara. Tapi bisa memenuhi syarat ikut kejuaraan dunia saja sudah hebat. Tim milik Shinta berakhir di peringkat delapan dunia. “Peringkat delapan saja hadiahnya Rp 1,2 miliar,” ujar Shinta.
Memiliki tim ESport itu, katanyi, seperti memiliki klub sepak bola di Eropa. Nama tim Shinta, Morph ESport, asli tim Indonesia. Morph artinya berubah. Menjadi anggota tim ESport harus pandai berubah; pandai menyesuaikan diri. “Tim ESport itu harus selalu kompak. Itu kuncinya,” katanyi.
Shinta terjun ke dunia game sejak mengetahui data ini: di Indonesia itu yang main game sebanyak 120 juta orang. Dari angka itu, separonya suka membeli permainan itu.
Betapa besar angka itu. Betapa hebat bisnis game dan yang terkait dengan itu.
Maka Shinta –nama lengkapnyi Shinta Dhanuwardoyo– bikin terobosan. Dia membangun tim ESport wanita. Anggotanyi juga lima orang. Semua dari Indonesia. “Dari 120 juta pemain game itu wanitanya 46 persen,” katanyi. “Tapi dalam setiap kompetisi, tim wanita selalu dianaktirikan,” katanyi. “Hadiah untuk tim wanita biasanya hanya 10 persen hadiah tim laki-kali,” tambahnyi.
Shinta pernah mengadakan turnamen game secara offline. Sebelum pandemi. Yang ikut 7.000 orang. Yang menonton secara streaming 1,5 juta orang.
Membangun tim ESport tidak murah. Shinta pilih membeli tim yang sudah jadi. Mirip di dunia sepak bola beneran. Jual beli tim ESport juga biasa. Tim itu punya value tersendiri. Saya pun melihat company profile tim milik Shinta itu. Mirip sekali dengan profile klub olahraga profesional di dunia nyata.