Tapi Anang tidak mau dibanding-bandingkan. Juga tidak mau ditahan-tahan. Ia tetap minta berhenti. Ia aktivis demo 98. Ia mau misi reformasi dijalankan sepenuhnya.
Anang tidak hanya telat kawin. Ia juga telat dalam ikut menikmati hasil perjuangan reformasinya. Nikmatnya pun hanya sesaat. Kenikmatan itunia lepaskan begitu saja. (Dahlan Iskan)