Desa Long Beluah mengalami pembauran kebudayaan, itu artinya kebudayaan yang ada disini bukan hanya ada satu budaya saja akan tetapi berbagai budaya. Namun menurut cerita komunitas pertama yang ada di Desa long Beluah adalah Suku Dayak Ga’ai pada tahun 1969 masuk keluarga dari Long Lango orang lepu’ Maut itu dengan budaya mereka sendiri. Untuk budaya suku aslinya komunitas Ga’ai nya bisa dikatakan hampir punah, lebih dominan budaya dari keluarga yang masuk ke Long Beluah karena mereka lebih banyak seperti budaya persiapan buka ladang hilang sama sekali, kemudian budaya pasca panen juga hilang budaya ritual sebelum panen juga hilang. Kalau dahulu ada ritualnya masing-masing. Sedangkan untuk budaya tarian pun nyaris hilang, namun sekarang ada upaya untuk melestarikan atau menghidupkan kembali budaya tersebut. Tarian asli untuk suku Ga’ai dahulu tariannya menggunakan tambur (dalam bahasa ga’ai: Kuwung) dan gong (dalam bahasa ga’ai: Agung), sedangkan tarian yang menggunakan sampe itu adalah dari budaya kenya.
Menurut Risalah Sultan Bulungan tahun 1915, itu suku yang pertama kali ada di wilayah kuala bulungan adalah suku ga’ai kemudian kayan melaran, kayan mapan kemudian disusul dnegan suku-suku lain. Jadi kampung tertua adalah di long Beluah suku ga’ai. Dulunya berada di seberang kehilir yang bernama sungai Liang yang sampai sekarang masih ada jejak peninggalan kampung berupa kuburan yang berada di atas gua, jadi zaman dahulu orang yang meninggal tidak dikubur di dalam tanah akan tetapi diletakkan di atas gua, semakin tinggi derajatnya maka letaknya semakin tinggi.
Waktu perpindahan keluarga dari Lango ke seberang ke sungai Latui, kampung Ga’ai masih berada di sebrang Long Beluah. dimana pada saat itu yang pemimpin Desa adalah Anyi Juk meminta pindah ke Long Beluah maka di mulai dari RT.1 sampai ke daerah Hausing itu sebagai kampung. Ketika mau dibuka kampung di Long Beluah ada musibah diare, menurut kepercayaan orang tertua dahulu tanah disini tidak menerima maka kembali lagi ke seberang sungai Latui, karena ada penolakan dari salah satu pemilik ladang atau kebun yang tidak mau lahan kebunnya menjadi permukiman, maka ada polisi yang ditugaskan dari Tanjung Palas ikut menertibkan pembukaaan kampung yang kedua. Karena aparat polisi ikut terlibat mebuka lahan, maka nama Long Beluah juga disebut dengan nama Bayangkara.