Sosialisasi pencegahan stunting dari hulu bersama Mitra kerja Mitra kerja DPR RI dan BKKBN Provinsi Jawa komisi IX pada Minggu 25 September 2022 yang berlokasi perum mustika Prakasa blok 10 cibalongsari kecamatan Klari.Dalam acara sosialisasi ini turut hadir Mitra kerja DPR RI komisi IX Evi Fatimah , DR. Drs. Wahidin, M.Kes., Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat kepala sub koordinator PPK DPKKB kabupaten Karawang Serta ratusan warga.
DR. Drs. Wahidin, M.Kes., Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Baratl mengatakan pencegahan stunting baru dengan cara pendampingan. Hal itu juga menjadi langkah Provinsi Jabar untuk merealisasikan target Gubernur Jabar Ridwan Kamil, yakni zero stunting di 2023.
“Artinya bukan tidak ada stunting, tapi tidak ada stunting baru di tahun depan. Stunting yang sekarang ada kita dampingi, tapi kalau bisa jangan ada stunting baru. Tugas kita saat ini kerja keras mengedukasi semua lapisan warga agar menerapkan pola hidup sehat.salah satu faktor masih tingginya angka prevalensi stunting di Jabar karena pola perilaku atau pola asuh orang tua, khususnya terkait asupan makanan anak.
Baca Juga:Berdiri Sejak 2017, HongHandWood Subang Hasilkan Kerajinan Limbah Kayu Bernilai EstetikJalankan Tanggung Jawab CSR, PT MGM Salurkan 1000 Liter Minyak Goreng di Kota Cimahi
“Sejauh ini pola perilaku dan pola asuh orang tua. Jadi ketika lahir sehat, namun dalam dua tahun terjadi stunting,” banyak warga lebih memilih mengonsumsi makanan instan yang kurang dari sisi gizi. Padahal, Jabar dikenal sebagai lumbung sayuran.Mereka malah jual sayur, hasilnya beli mie. Warga kita di daerah pelosok juga kebanyakan suka makanan instan.
“Disparitas angka stunting antar kabupaten/kota di Jabar juga masih lebar. Saat ini, ada daerah dengan prevalensi tertinggi, yakni 35 persen dan terendah 12 persen.Ada dua daerah sudah di bawah standar nasional, sesuai arahan presiden di 2024 itu 14 persen. Di jabar itu Depok dan Bekasi sudah di bawah 14 persen,” tutupnya.(*)