Wayan, yang sama sekali tidak punya darah Bali, selalu ingat masa kecilnya di desa. Di Grajakan. Tiap hari ia lihat adu jago. Ia punya kesimpulan: jago (ayam jantan) yang memenangkan pertarungan adalah yang sering diadu. Sampai tidak punya bulu di kepala dan lehernya. Sampai kulit lehernya tebal. Saking seringnya dipatuk lawan. Jago yang lebih tinggi dan besar pun bisa kalah dengan jago kecil yang sering diadu.
“Hidup itu kalau mau sukses juga harus sering menghadapi ujian,” kata Wayan.
Banyak orang mencela hobi adu jago. Wayan justru belajar dari perkelahian itu. (Dahlan Iskan)