oleh
Drs.H.Priyono,MSi ( Dosen pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta  dan Penasehat Takmir Masjid Al Ikhlas, Sumberejo,Klaten selatan)
Tinggal beberapa hari lagi yaitu tepatnya tgl 12 Rabiul awal,  kita umat Islam akan memperingati hari kelahiran Nabi dan jatuh bertepatan pada hari Sabtu tgl 8 Oktober 2022 M . Bulan Rabiul Awal adalah bulan yang bersejarah maka perlu terus diingat dan dikenang karena pada bulan tersebut Rosulullah saw, sang pencerah dilahirkan dan diamanati oleh Allah swt dalam tugas kemanusiaan dan keagamaan yang sangat mulia . Tugas Nabi telah dijelaskan salam QS Al Maidah ayat 92 : “Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul kami hanyalah menyampaikan (amanat) dengan jelas. Tugas Rosul sebatas menyampaikan amanah dari Allah untuk diteruskan kepada umat manusia .
Perayaan Maulid Nabi merupakan momen untuk mengingat, memuliakan dan mengahayati perjuangan sekaligus meneladani pribadi Rasulullah SAW karena Rosul adalah tokoh teladan seperti yang diabadikan dalam Al Qur’an, oleh karena itu, ada satu pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan dalam memperingati Maulid Nabi ini, yakni: mengapa Rosulullah SAW diutus ke bumi ini?  Rosulullah SAW bersabda: innamaa bu’itstu li utammima makarimal akhlaq. Artinya, tidak sekali-kali saya diutus oleh Allah kecuali hanya satu untuk menyempurnakan akhlak yang baik (HR. Ahmad). Pemahaman tentang ini penting sekali. Karena sesungguhnya Rosulullah diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. Jadi Rosulullah berderai airmatanya, bersimbah keringat, bahkan darah agar umat manusia penghuni bumi  ini memiliki akhlak sempurna sehingga bumi tempat mereka berpijak bisa lestari, tidak mengalami kerusakan.
Baca Juga:Aroma Tahan Lama dan Berkualitas, Villa Parfum Subang Sediakan Beragam Varian Aroma MenarikCatatan Harian Dahlan Iskan: Kanjuruhan Mangindaan
Perspektif ilmu kependudukan , peran pemimpin dan akhlaknya di sebuah negara/wilayah/daerah sangat menentukan masa depan bangsanya, oleh karena itu memilih pemimpin merupakan hal yang sangat krusial demi keberlanjutan bangsa dan negara. Ada satu paradigma yang dianut oleh seorang pemimpin tentang masa depan bangsanya yang dikenal dengan teori deontik yaitu suatu paham yang diyakini bahwa rakyat yang akan datang harus lebih sejahtera dibanding rakyat yang sekarang dipimpinnya. Mengacu pada paradigma tersebut maka segala upaya dilaksanakan dengan program strategis untuk mencapai tujuan mulia tersebut bukan sebaliknya aji mumpung artinya mumpung berkuasa kemudian banyak melakukan salah managemen dalam pengelolaan negara/daerah, banyak melakukan korupsi, kolusi, nepotisme dan penyalahgunaan wewenang , yang ujungnya  bisa bangkrut.