Oleh :
 Yulia Enshanty, S.Pd ( Guru Geografi SMA di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
Pasca pandemi covid-19, dunia pendidikan di Indonesia mulai kembali berbenah. Untuk mengatasi ketertinggalan selama masa pandemi, pemerintah telah menggagas kurikulum merdeka. Kini hampir di semua sekolah sudah mulai menerapkan kurikulum merdeka. Kurikulum ini diharapkan dapat membawa dampak positif pada kemajuan pendidikan di Indonesia. Kurikulum merdeka terdiri dari struktur kurikulum, capaian pembelajaran (CP), dan prinsip pembelajaran dan asesmen. Pada penerapan Kurikulum Merdeka terdapat penekanan akan pentingnya keterpaduan antara pembelajaran dengan asesmen. Pentingnya pengembangan strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian belajar peserta didik merupakan hal yang utama dalam prinsip pembelajaran dan asesmen . Pembelajaran yang dapat diterapkan agar sesuai dengan tahap capaian belajar peserta didik adalah pembelajaran berdiferensiasi.
Menurut Tomlinson, Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik. Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi tidak diartikan bahwa guru harus mengajar dengan cara yang berbeda-beda untuk setiap peserta diidik yang ada di kelas. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk peserta didik yang lebih cepat mengerjakan dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti harus mengelompokkan peserta didik yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Dalam hal pemberian tugas juga tidak berarti setiap peserta didik harus diberikan penugasan yang berbeda-beda. Di dalam proses pembelajaran, salah satu diferensiasi yang dapat dilakukan pendidik adalah diferensiasi berdasarkan konten/materi, proses, atau produk yang dihasilkan peserta didik.
Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Dari Li ke LiLive Streaming Bersama Host Seksi dan Cantik di Aplikasi Yoha Live
Dasar dalam pembelajaran berdiferensiasi adalah pemenuhan kebutuhan belajar siswa dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Oleh karena itu, guru harus melakukan identifikasi kebutuhan belajar peserta didik dengan lebih baik, agar dapat merespon dengan lebih tepat kebutuhan belajarnya. Untuk dapat memetakan kebutuhan belajar siswa perlu dilakukan asesmen diagnostik, yakni sebuah proses untuk mendapatkan informasi tentang kebutuhan kognitif dan nonkognitif siswa untuk keperluan proses pembelajaran.