BEBERAPA bintang moncer di G20 Bali: Jokowi, Joe Biden, Xi Jinping, Rishi Sunak, Justin Trudeau, Narendra Modi, Elon Musk, Zhangpeng Zhao, Shinta Kamdani, Hyundai dan Wuling.
Tuan rumah tampil nyaris sempurna. Tidak ada gejolak apa pun. Ketidakhadiran Vladimir Putin dari Rusia mungkin malah jadi berkah kelancaran. Betapa stresnya tuan rumah kalau Putin hadir –dan Biden ngambek, diikuti Rishi Sunak.
Tokoh yang berhasil curi perhatian adalah Justin Trudeau dari Kanada dan Sunak dari Inggris.
Baca Juga:Subang Menuju Kota Industri, Diperlukan Kolaborasi Riset Lembaga AkademikMaksimalkan Layanan Digital, BJB Cabang Subang Mitra Strategis BUMD dan BUMN
Trudeau, Anda sudah tahu, memang begitu. Muda, santai, informal, dan longgar. Bahwa Sunak ikut kaya Trudeau mungkin karena sama-sama muda. Keduanya pilih ber-KTT di sebuah kafe. Tanpa jas. Sangat informal. Trudeau memesan bir Bintang. Sunak minum Mango Spritz –karena memang tidak pernah minum alkohol.
Meski tanpa alkohol, di forum G20 keesokan harinya Sunak ”mabuk”. Ia mengecam Rusia dengan kecaman paling keras. Lebih keras dari Biden dan Presiden Ukraina Zelenskyy sendiri.
Bahkan Sunak ikut mengecam dua negara yang bersikap netral di Ukraina: Tiongkok dan India. Serangan ke Ukraina sudah jelas membuat krisis dunia. Harusnya seluruh negara yang ada di G20 menghukum Rusia.
Sunak memang lagi menghadapi tantangan keras dari internal partainya di Inggris. Ia yang sudah keras itu dianggap kurang keras terhadap Tiongkok.
Sunak berprinsip: kenyataannya Tiongkok adalah salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia. Tidak ada pemecahan perkara besar dunia tanpa melibatkan Tiongkok. Termasuk soal perang di Ukraina.
Pun di acara jamuan makan malam, tadi malam di GWK, Sunak sangat menonjol. Beda. Ia pakai hem dengan lengan digulung. Padahal dress code tadi malam itu batik. Jalannya pun paling cepat dari tamu lainnya. Gayanya seperti mahasiswa. Di acara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengunakan kemeja saja.
Narendra Modi jadi bintang karena rumusan jalan tengahnya. Pemimpin India itu membuat istilah ”di zaman ini seharusnya tidak ada lagi perang”.
Baca Juga:BJB Cabang Subang Dukung Penuh Acara Coffee Morning Bisnis yang Digelar Pasundan InstituteDi KTT COP27 PLN Paparkan Strategi Pembiayaan Wujudkan Transisi Energi di Indonesia
Itu sebagai pengganti kalimat keras ”mengutuk terjadinya serangan Rusia ke Ukraina”. Lewat rumusan Modi itu secara tidak langsung semua negara sudah menyatakan tidak setuju dengan serangan Rusia ke Ukraina. Tanpa menyebabkan G20 pecah.