MENARIK cara kerja ketua bergilir raja-raja Malaysia saat ini. Terutama di saat partai-partai gagal membentuk pemerintah akibat tidak ada yang memenangkan Pemilu ke 15 Sabtu lalu.
Pas dapat giliran untuk masa jabatan lima tahun ini Yang Dipertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah, pas terjadi gonjang-ganjing politik.
Tugas raja menjadi banyak. Sibuk sekali. Pertama menetapkan batas waktu pembentukan pemerintah baru hasil pemilu ke 15. Harus sudah terbentuk Senin pukul 14.00 lalu. Mepet sekali. Hanya dua hari setelah pelaksanaan pemilu. Sampai deadline yang dimaksud tidak satu pun partai yang berhasil membangun koalisi minimal 112 kursi.
Raja memberi perpanjangan waktu 24 jam: Selasa, pukul 14.00.
Masih juga gagal.
Tidak ada lagi perpanjangan waktu.
Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Wah WahCatatan Harian Dahlan Iskan: Bintang-Bintang
Raja akan menunjuk langsung siapa perdana menteri baru Malaysia. Tidak asal tunjuk. Raja memeriksa dulu hasil pemilu.
Juaranya pertama: koalisi Pakatan Harapan yang diketuai Anwar Ibrahim (82 kursi). Juara duanya koalisi Perikatan Nasional pimpinan Muhyudin Yasin (71 kursi).
Dua-duanya dipanggil raja ke istana. Selasa sore lalu.
Raja meminta dua tokoh itu rukun. Berkoalisi. Bentuklah pemerintahan bersama. Toh dua-duanya kader utama Dr Mahathir Mohamad ketika masih sama-sama di UMNO.
Juga sama-sama pejuang dalam meruntuhkan UMNO pimpinan perdana menteri Najib Razak.
Gagal.
Di depan raja keduanya menyatakan tidak bisa bekerja sama lagi. Anwar terlalu akomodatif ke golongan Tionghoa. Muhyidin dianggap terlalu dekat dengan partai Islam PAS.
Untuk memecahkan kebuntuan, Anwar sempat terpaksa mendekati UMNO yang punya kursi 26. Kalau UMNO mau, terbentuklah pemerintahan gabungan antara yang menjatuhkan dan dijatuhkan.
UMNO tidak mau. Mereka bukan Lesti Kejora yang terlalu mudah rujuk kembali.
Baca Juga:Subang Menuju Kota Industri, Diperlukan Kolaborasi Riset Lembaga AkademikMaksimalkan Layanan Digital, BJB Cabang Subang Mitra Strategis BUMD dan BUMN
Muhyidin juga sudah mencoba mendekati Gerakan Partai Serawak yang kali ini nyaris sikat habis kursi dari Serawak: dapat 23 kursi. Ternyata juga gagal.
UMNO dan atau GPS sebenarnya bisa sama-sama jadi penentu. Kalau UMNO mau ke Anwar urusan selesai. Kalau GPS mau ke Muhyidin urusan juga selesai.
UMNO ogah. UMNO melihat Anwar terlalu dekat ke Tionghoa. GPS ogah. GPS melihat Muhyidin terlalu dekat ke partai Islam. Padahal semua kursi GPS diduduki oleh orang Kristen.