oleh:
Agus Prasmono, M.Pd. (Alumnus Geografi UM dan Unesa)
Sebuah syair nyajian yang berjudul “Langit Terluka”yang dilantunkan penyanyi ballada Ebiet G Ade di tahun delapan puluhan sudah menggaungkan, “Kini mata air sedang terengah-engah dahaga”. Adalah sebuah setire halus dari seniman yang santun akan nasib mata air yang semakin tertekan oleh kebutuhan manusia yang semakin rakus namun tak peduli akan keberadaan dan kelangsungan air itu sendiri. Kebutuhan akan air terus meningkat yaitu sekitar 1 % setiap tahun menurut PBB dalam Konferensi (KTT) yang digelar bersamaan dengan Hari Air Dunia tanggal 22 Maret 2023 yang lalu di New York yang dihadiri lebih dari 6.500 delegasi dari seluruh penjuru dunia. PBB baru saja membicarakan akan kebutuhan air di dunia yang semakin sulit walaupun tahun 1977 sudah mengadakan konferensi yang sama. Ini artinya permasalahan air harus segera dipecahkan bersama di seluruh dunia, bukan hanya permasalahan negara yang saat ini kekeringan yang mayoritas negara yang berada di Benua Afrika saja.
Sementara menurut Priyono dkk dalam Jurnal Ilmu Lingkungan (2014) mencatat, 6.121 miliar jumlah penduduk dunia memerlukan air bersih sebanyak 367 km3 per hari. Jumlah kebutuhan itu diprediksi melonjak pada 2025 sebanyak 492 km3 per hari. Tidak semua orang dapat memenuhi kebutuhan air secara sehat. Sementara, kuantitas air yang tidak bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan, terus meningkat. Sedangkan kualitas air untuk keperluan domestik terus menurun dari tahun ke tahun. Disini menunjukkan kebutuhan air meningkat jauh lebih tinggi dari prediksi PBB.
Masyarakat dunia menaruh harap kepada Indonesia untuk ikut andil dalam upaya menyelamatkan air di dunia, sebab Indonesia adalah negara yang punya sumber daya air melimpah dengan penyangga cadangan hutan terluas ketiga di dunia. Sementara menurut data Water Environment Partnership in Asia yang dikutip BBC, Indonesia merupakan salah satu negara terkaya dalam sumber daya air karena menyimpan 6 persen potensi air tanah di dunia. Sekitar 60 persen wilayah Indonesia merupakan air laut. Walaupun dari mayoritas air di Indonesia, hanya 2,5 persen yang merupakan air tawar. Sayangnya sungai-sungai yang ada di Indonesia sekitar 56 persen sudah tercemar sehingga tidak bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup khususnya mandi dan cuci yang setiap jiwa per hari butuh 60-70 liter air bersih. Dengan kondisi ini, Indonesia juga mengalami krisis air bersih, khususnya di kota-kota besar, yang ada di pulau Jawa.