Menurut kajian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pulau Jawa diperkirakan akan kehilangan hampir seluruh sumber air pada tahun 2040. Menurut Peneliti Geoteknologi LIPI Heru Santoso, penyebab utama krisis air di Jawa karena alih fungsi lahan dari area resapan menjadi pemukiman dan daerah industri dan karena perubahan iklim. “Jawa masih menjadi daerah industri andalan. Tahun 2040 diprediksi semua wilayah di Pantai Utara Jawa mulai dari Banten sampai Surabaya akan menjadi wilayah urban yang berpotensi mengalami defisit ketersediaan air,” kata Heru mengutip laman resmi LIPI.
Melihat kondisi yang memprihatinkan tersebut sebenarnya Indonesia Khususnya Pulau jawa, permasalahan air tanah juga tidak kalah urgennya dibanding beberapa negara lain di Afrika misalkan. Ivestasi dari luar negeri yang ditarik ke republik ini banyak yang memanfaatkan lahan subur dan daerah resapan air untuk pengembangan industry dan pemukiman. Sepanjang jalan utama di Pulau jawa ditumbuhi industry yang berdiri diatas persawahan subur yang merupakan tempat resapan air, demikian juga pembangunan pemukiman sering menempati daerah tangkapan hujan yang potensial maupun daerah persawahan yang subur pula. Untuk itu konsep pembangunan berwawasan lingkungan perlu dicek kembali implementasinya di lapangan mulai dari perijinan tingkat kabupaten/kota sampai tingkat pusat. Jangan sampai lahan persawahan yang subur habis untuk pengembangan industri yang akirnya mengganggu swasembada pangan. Pembangunan pemukiman didaerah hulu perlu ditertibkan kembali demi ketersediaan air di daerah hilir selain berdampak pada bencana hidrometeorologi.
Pengembangan hutan produksi di Kawasan hutan yang merupakan tangkapan hujan (cactmant) akan lebih baik kalau lebih dikembangkan ke hutan lindung sehingga air hujan yang turun ke bumi bukan sekedar mengalir di permukaan (run off) saja namun menjadi air yang masuk ke tanah (infiltrasi) kemudian bergerak secara horizontal (lateral) yang akhirnya menjadi sumber/mata air di daerah hilir. Daerah terjal yang kini masih banyak ditanami tanaman produktif seperti pinus, akasia dan jati, akan lebih menguntungkan untuk keberadaan sumber air bila ditanami tanaman pelindung sejenis beringin, gayam, bendo dsb yang jelas-jelas bisa menyimpan air tanah dengan volume yang berlopat ganda dengan tanaman produktif.