Kajian Full Day School di Era Kurikulum Merdeka

Kajian Full Day School di Era Kurikulum Merdeka
0 Komentar

Idealnya seorang anak tidak hanya menghabiskan seluruh waktunya hanya untuk belajar di sekolah, mereka juga harus mengalami proses belajar di lingkungan keluarga. Sebagaiman filsafat pendidikan yang di kemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam konsep Tri Pusat Pendidikan.

Anak didik tidak semata-mata hanya belajar di sekolah tetapi juga dalam keluarga dan masyarakat. Pendidikan dalam keluarga akan mendidik anak-anak dengan sebaik mungkin yang meliputi jasmani dan rohani. Keadaan keluarga sangat mempengaruhi perilaku anak, terutama tolong-menolong dalam keluarga, menjaga saudara yang sakit, kebersamaan dalam menjaga kebersihan, kesehatan, kedamaian dan kebersamaan dalam berbagai persoalan yang sangat diupayakan dalam keluarga. Hak orang tua yang paling utama dan tidak boleh dicegah orang lain, yaitu orangtua berperan sebagai guru (pemimpin laku adab), sebagai pengajar (pemimpin kecerdasan serta pemberi ilmu pengetahuan) dan menjadi contoh laku social (Mardinal Tarigan, 2022).

Berdasarkan pengamatan penulis, penerapan full day school bagi seluruh sekolah umum (SMA/ SMK Negeri dan Swasta), menunjukan sikap arogansi dan diskriminatif bagi siswa yang berasal dari latar belakang keluarga tidak mampu, buruh, pedagang kecil atau jenis mata pencaharian non formal lainnya. Sebagai salah satu contoh kasus, penulis menemukan siswa yang selalu tidur di kelas.

Baca Juga:Terbukti Lebih Hemat, PLN Ajak Pelaku UMKM Beralih ke Kendaraan ListrikRefleksi Hari Air Sedunia 22 Maret: Ketika Bumi Makin Haus

Guru sudah mencoba berbagai model kegiatan dan treatment, bahkan Anak tersebutpun terlihat selalu berupaya utuk terjaga dan berupaya mengikuti kegiatan sebagaimana seharusnya, tetapi dalam kondisi yang menahan kantuk luar biasa, sehingga akhirnya kembali tertidur di kelas. Setelah dilakukan pendekatan, dan komunikasi intens, diketahui bahwa Setiap malam harus membantu orang tua berjualan pecel lele, mulai pukul 17.00 s.d pukul 00.00 (bahkan terkadang sampai pukul 02.00), sedangkan sekolah mulai pukul 07.00 sampai dengan pukul 16.00. wajar sekali jika anak tersebut selalu tertidur di kelas, malam tidur terlalu larut, siang hari tidak ada waktu untuk beristirahat. Belum lagi ditambah dengan tugas-tugas dari berbagai mata pelajaran yang tidak sedikit. Ini merupakan potret dari profil sebagian besar anak di Indonesia. Dengan beban jam belajar yang sehari penuh, subjek pelajaran yang begitu banyak, tanpa dukunngan fasilitas, ekonomi dan sosial kultur yang memadai.

0 Komentar