KARAWANG-Hari TBC Sedunia, 24 Maret 2023 bersama komunitas, Indonesia bisa mengakhiri tuberkulosis (TBC) dengan pencegahan infeksi. Tahun 2020-2022, Covid-19 telah menguras tenaga, waktu dan perhatian pemerintah, dunia usaha dan berbagai lapisan masyarakat untuk bertahan di tengah pandemi.
Ketua Yayasan Stop TB Partnership Indonesia (STPI) sekaligus Authorized Signatory Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI, dr. Nurul Luntungan, MPH menerangkan, TBC laten adalah keadaan dimana Mycobacterium Tuberculosis ‘tidur’ di tubuh selama bertahun-tahun karena ditahan oleh daya tahan tubuh. “Ketika daya tahan tubuh menurun, bakteri TBC bisa ‘bangun’ dan menyerang tubuh kita, sehingga menjadi sakit dan dapat menularkan orang lain,” katanya.
Kecepatan penyebaran SARS-Cov-2, mengharuskan banyak perusahaan gulung tikar dan memaksa layanan esensial, termasuk di sektor kesehatan, terhenti. “Sementara pandemi membuat kita tertekan, perkara penyakit menular seperti TBC terus melaju dan berpotensi menambah beban penyakit di masyarakat,” katanya.
Baca Juga:Ancam Pengendara, Jalan Alternatif Karawang – Purwakarta melalui Kosambi Banyak LubangBelum Rampung, “Tanjakan Longsor” Bikin Macet
Menurut Global TB Report 2022 yang diterbitkan oleh World Health Organization, perkiraan angka kejadian (insidensi) TBC di Indonesia meningkat 15 persen antara tahun 2020 ke tahun 2021. Artinya, setiap satu menit ada dua orang yang sakit TBC, jika tidak diobati, seseorang dengan TBC dapat menginfeksi 10 hingga 15 orang di sekitarnya dalam satu tahun.
“Tidak semua orang yang terkena bakteri TBC akan jatuh sakit. Beberapa kelompok masyarakat lebih rentan terhadap infeksi ini, karena kondisi imunitasnya yang lebih rendah.
Kelompok yang rentan TBC adalah anak-anak terutama yang berusia di bawah lima tahun, orang lanjut usia, serta kondisi penyakit tertentu seperti Diabetes, HIV/AIDS, dan gizi buruk.
“Sebuah studi memperkirakan 120 juta orang di Indonesia mempunyai TBC laten. Kondisi ini, dapat diketahui dengan tes mantoux atau tes darah (IGRA). Indonesia tidak akan berhasil mengatasi TBC jika tidak mengendalikan TBC laten. Saat ini sudah tersedia di Indonesia Terapi Pencegahan TBC (TPT) agar kondisi TBC laten tidak berkembang menjadi penyakit,” tambah Nurul.
STPI berkolaborasi dengan Yayasan Penabulu membentuk Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI sebagai penerima hibah utama program TBC komunitas dari Global Fund to Fight Against HIV/AIDS, Tuberculosis, and Malaria (GF-ATM).