Kisah ini berawal saat saya baru menginjak umur tujuh tahun. Ibu sering bilang, dari umurku satu tahun agak sulit diajak ke mana-mana. Setiap kali diajak ke luar, lebih sering menangis dan mengamuk.
Kebiasaan itu akhirnya bisa hilang, sejak saya masuk Taman Kanak-kanak (TK). Pada saat itulah aku menjadi lebih sering bermain di luar rumah, bersama kedua sahabatku, Fahrul dan Indra. Mereka berdua tinggal di samping kanan dan kiri rumahku.
Awalnya keseharianku biasa-biasa saja, sampai teror itu datang. Teror yang menembus satu kampung. Sebuah teror yang menyeramkan dari sosok bernama Nek Ipah.
Siapa Nek Ipah?
Baca Juga:Tondemo Skill de Isekai Hourou Meshi Episode 12 GratisIntip 5 Cara Terbaru Mendapatkan Uang 2023
Nek Ipah. Seorang nenek yang tinggal sendirian di gubuk kayu, tidak jauh dari rumahku. Tepatnya di samping lapangan, belakang rumah. Ukuran biliknya tidak terlalu besar, hanya cukup untuk sebuah tempat tidur, meja kecil, lemari kayu dan area dapur. Tanpa adanya kamar mandi.
Pak RT (Kakeknya Indra) yang tinggal di samping rumahku, memberikan akses kamar mandi pada Nek Ipah. Dengan selalu membuka pintu belakangnya, agar Nek Ipah bisa masuk kapan pun. Sedangkan untuk keperluan mencuci pakaian, ia harus berjalan agak jauh ke belakang rumahnya, menuju sebuah sumur.
Setiap warga yang mampu, ditawari untuk membantu kebutuhan sehari-sehari Nek Ipah, terutama bahan pokok atau makanan. Biasanya akan digilir, misal minggu ini giliran keluarga Pak RT, minggu berikutnya giliran keluargaku dan seterusnya.
Baca Novel Horor Teror Nek Ipah
Sedangkan untuk kebutuhan air bersih, warga menyediakan beberapa kendi besar di dekat rumah Nek Ipah. Airnya diambil dari kamar mandi rumahku, karena posisinya lebih dekat ke sana.
Aku, Indra dan Fahrul sering bermain kelereng dan petak umpet di lapangan depan rumah Nek Ipah, hingga menjelang magrib. Terkadang, Nek Ipah memperhatikan kami yang sedang bermain, duduk di kursi teras gudang. Raut wajahnya terlihat senang, setiap kali melihat kami bermain. Jika sudah menjelang magrib, ia akan mengubah kami untuk segera pulang.
Oh ya, ada kebiasaan Nek Ipah yang paling kami suka, yaitu sering bercerita. Mulai dari cerita zaman penjajahan, dongeng, horor dan pelajaran hidup.