Baca Novel Horor Teror Nek Ipah

Baca Novel Horor Teror Nek Ipah
Baca Novel Horor Teror Nek Ipah
0 Komentar

“Kenapa bilang begitu?” suara Nek Ipah meninggi.

“Soalnya anak nenek gak ada, gak pernah keliatan,” ucap Indra sambil cengengesan.

Indra tidak menyadari bahwa keputusannya itu melukai hati Nek Ipah. Wajahnya berubah, seperti orang menahan amarah, senyumannya pun mendadak hilang.

“Pulang sana! Udah mau magrib.” Nek Ipah berdiri, dan berjalan masuk ke dalam rumah. Suara bantingan pintu sudah jelas menandakan kalau dia marah.

“Nah loh, Dra. Nek Ipah marah,” ledek Fahrul

“Iya kenapa bilang gitu sih, Dra,” timpalku.

Baca Juga:Tondemo Skill de Isekai Hourou Meshi Episode 12 GratisIntip 5 Cara Terbaru Mendapatkan Uang 2023

“Becanda doang, eh malah marah. Ya udah balik yuk! Nek Ipahnya juga udah masuk ke rumah,” balas Indra.

Kami pun akhirnya pulang. Saya memilih untuk masuk rumah melalui pintu belakang, dekat kamar mandi. Dari gang dekat lapangan, tinggal melompati pagar samping kamar mandi.

Baca Novel Horor Teror Nek Ipah

Saat masuk ke dalam rumah, terlihat ibu sedang memasak makan malam.

“Bu, Nek Ipah itu punya anak?” tanyaku seraya menghampirinya.

“Tanya ke abah aja sana! Ibu lagi masak,” balas ibu.

“Abah di mana, Bu?”

“Gudang.”

Aku berjalan ke depan rumah, menuju gudang. Abah sedang menggarami beberapa kulit domba yang baru saja datang.

“Abah, Nek Ipah itu punya anak?” Aku melempar pertanyaan yang sama.

“Kenapa emangnya, Dek?”

“Tadi kan lagi denger cerita Nek Ipah. Eh si Indra malah bilang anak Nek Ipah dibawa Wewe Gombel, soalnya gak pernah keliatan. Terus Nek Ipah marah,”

“Gak boleh ngomong gitu! Besok bilang ke Indra suruh minta maaf.”

“Jadi anak Nek Ipah beneran dibawa Wewe Gombel?” tanyaku lagi.

Baca Juga:Sejarah Kota Subang Jawa BaratBlue Lock Episode 24: Kebangkitan Pencetak Gol Baru

“Kamu juga sama aja. Anak Nek Ipah masih hidup kok,” balas Abah.

“Terus ke mana, kok gak pernah ada di rumah”

“Anaknya kerja di luar pulau. Biasanya 2-3 bulan sekali datang. Cuman, kayanya udah hampir 5 bulan ini masih belum keliatan.”

“Oh, begitu.”

“Iya, makanya jangan bahas anaknya. Kasian. Mungkin Nek Ipah lagi kangen.”

“Iya, Bah,” balasku seraya kembali ke dalam rumah dan masuk ke kamar.

0 Komentar