Ngobrog, Tradisi Membangunakan Sahur di Bulan Ramadhan

Ngobrog, Tradisi Membangunakan Sahur di Bulan Ramadhan
0 Komentar

SUBANG– Tradisi membangunkan orang sahur di Indonesia memang sudah menjadi kegiatan yang dilakukan ketika di bulan Ramadan seperti saat ini. Di setiap daerah di Indonesia ada tradisi membangungkan orang sahur dengan cara yang berbeda.

Demikian halnya juga di wilayah Jawa Barat, tepatnya di Kp. Bugel, Desa Pringkasap, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang. Ada sekumpulan anak muda yang tergabung dalam komunitas seni musik bernama “Ezegeler”.

Salah satu anggota komunitas tersebut, Dadan mengatakan, Ezegeler adalah komunitas seniman pecinta seni musik yang tergabung dari beberapa pemuda di Kp. Bugel, Desa Pringkasap.

Baca Juga:5 Menu Olahan Sayur yang Cocok untuk Berbuka PuasaBerbagi Sesama, Polsek Pagaden Bersama Ormas dan Karang Taruna Bagi-Bagi Takjil

“Karena Kampung Bugel ini dikenal dengan kampung seniman, kami mencoba membangunkan warga sahur dengan kreatifitas dan ciri khas yang kami miliki,” ujarnya.

Tradisi membangunkan sahur di Desa Pringkasap ini biasa disebut dengan istilah “ngobrog”. Ngobrog adalah istilah membangunkan sahur dengan cara berkeliling kampung dengan memainkan beberapa alat musik tradisional ataupun modern yang dipadukan dengan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi.

Dalam komunitas obrog tersebut, beberapa personil sudah diberi tugas untuk memainkan alat musik seperti saron, kecrek gobras, kendang silung/kentrung, bonang, gitar, serta bass, dan tentunya ada personil yang akan bernyanyi.

Namun, disamping membangunkan sahur menggunakan alat musik tradisional. Para pemuda tersebut pun tidak melupakan atau meninggalkan alat musik tabuh yaitu “beduk” yang menjadi ciri khas atau bagian sangat penting saat bulan Ramadan.

Saat jam sudah menunjukan pukul 01.00 WIB, komunitas Ezegeler dan beberapa pemuda lainnya pun berkeliling kampung sambil memainkan alat musik tradisional yang dipadukan dengan musik dangdut atau jaipong.

“Biasanya kalau sudah siap, kami mulai berkelliling dari mulai pukul 01.00 sampai menjelang waktu sahur sekitar pukul 03.00 WIB,” terang Dadan.

Uniknya, meski mengeluarkan suara sangat keras, tak ada satupun warga sekitar yang merasa risih atau terganggu. Menurut Dadan, saat obrog berkeliling kampung banyak warga Kp. Bugel ataupun warga dari daerah lainnya yang turut meramaikan tradisi tersebut.

Baca Juga:Meningkatkan Sumber Daya Manusia Melalui Kegiatan “Ngabuburit” pada Bulan Ramadan di “Saung Inovasi” Graha Tani Ruminansia SubangSukseskan Bulan Mutu Karantina 2023, KKP dan DPR RI Sosialisasi Soal Ikan Sehat dan Bermutu

Bahkan kata Dadan, banyak warga yang sengaja menunggu kedatangan komunitas Ezegeler untuk sekadar menikmati alunan musik yang dimainkan, bahkan beberapa warga pun bisa request lagu yang mereka sukai.

0 Komentar