Imam Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa puasa memiliki tiga tingkatan, yaitu (1) puasanya orang awam, (2) puasanya orang khusus, dan (3) puasa khusus untuk orang khusus. Ketiganya dapat diibaratkan seperti tingkatan anak tangga dimana semakin tinggi anak tangga semakin baik kualitas puasanya dan semakin berpotensi untuk diterima ibadah puasanya oleh Allah swt.
Tiga tingkatan ini disusun berdasarkan kualitas puasanya. Ada orang yang berpuasa hanya sekadar menahan diri dari makan-minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat saja. Inilah tingkatan puasa orang awam yang mendefenisikan puasa sebatas hanya menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara dhahir saja.
Tingkatan di atas puasa orang awam adalah puasanya orang khusus, yaitu orang yang selain menahan makan dan minum serta syahwat juga mampu menahan pendengaran, pandangan, ucapan, serta seluruh anggota badan dari segala macam bentuk dosa.
Baca Juga:Cara Dapat Mudik Gratis Dishub Jabar 2023, Daftar Link Ini!SYAIR SUBANG
Puasanya orang yang khusus adalah puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi. Puasa tingkat ini ini sering disebut dengan puasanya orang-orang sholeh. Pencapaian tingkatan puasa tidak lepas dari niat yang bulat dan persiapan yang matang bahkan telah diinventaris ibadah pelengkap atau ibadah unggulan apa yang mau dilaksanakan selama sebulan penuh agar derjat taqwa bisa tercapai. Oleh karenanya setiap ibadah yang hendaka dilakukan haruslah dipersiapkan dengan baik,kemudian dievaluasi setiap tahapnya agar selalu ada peningkatan kualitas ibadahnya, yang ujungnya ibadahnya bisa diterima Allah swt.
Bagi orang sholeh, puasa adalah perisai/pelindung dari perbuatan keji dan mungkar. Rosulullah bersabda: “Puasa adalah perisai, jika kalian sedang berpuasa janganlah berkata kotor atau menghardik. Apabila seseorang mengumpat atau memusuhinya, katakan: “Aku sedang berpuasa.” [HR Bukhari].
Selanjutnya Imam Ghazali menyebutkan bahwa untuk dapat naik ke tingkatan puasa khusus ini maka kita harus melewati enam hal sebagai prasayaratnya, yaitu (1) menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan, (2) menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, (3) berdusta, (4) mengumpat, (5) berkata keji, dan (6) selalu menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca Al-Quran. Mereka selalu menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik, mencegah seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa, tidak berlebih-lebihan dalam berbuka.