Selanjutnya, tingkatan tertinggi dalam puasa adalah puasa khusus untuk orang khusus. Puasa model ini hanya dapat digapai oleh orang-orang tertentu. Sehingga hanya sedikit orang yang sampai pada tingkatan ini. Selain menahan lapar dan haus dan menahan diri untuk tidak bermaksiat, mereka juga menahan segala hal yang dapat membuatnya lupa pada selain Allah SWT. Hati dan pikirannya selalu fokus mengingat Allah SWT. Bahkan, hanya dengan memikirkan selain Allah SWT saja sudah dianggap merusak dan membatalkan puasa mereka. Menurut Imam Ghazali, tingkatan puasa tertinggi ini merupakan tingkatan puasanya para nabi, shiddiqqiin, dan muqarrabin.
Masih tersisa separoh lagi perjalanan kita sebelum bulan Ramadhan berlalu, maka kita masih punya beberapa hari untuk meningkatkan kualitas puasa kita. Di hari-hari puasa yang tersisa ini, mari kita pergunakan sebaik-baiknya dengan lebih semangat lagi mendaki tingkatan puasa agar paling tidak puasa kita bisa meninggalkan puasanya orang awam dan naik tingkat menjadi puasanya orang khusus. Manfaatkan waktu kita hanya untuk beribadah dan pilihkan kawan yang memberi motivasi untuk meningkatkan kualitas puasa bukan kawan sebarang kawan tapi kawan yang pilihan. Jadi lingkungan kerja, lingkungan masyarakat dan lingkungan diman kita bergaul menjadi penentu kualitas ibadah puasa kita. Salah satu indikatornya adalah apakah dalam hati kita senantiasa diliputi rasa cemas dan harap apakah puasa kita diterima atau tidak oleh Allah SWT? Orang yang selalu berfikir demikian adalah orang yansg beruntung.