Oleh :
Ninuk Dyah Ekowati, M.Pd. (Guru di SMAK St. Hendrikus, Surabaya)
Drs.Priyono,MSi ( Dosen pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sebuah pemandangan riuh rendah di masa Kurikukum Merdeka, tidak hanya terjadi di sekolah , akan tetapi juga di ranah rumah tangga. Pembelajaran yang berbasis pada kemandirian siswa ternyata berbuntut panjang, tetapi semoga bermakna. Anak polah bopo kepradah, demikian peribahasa kejawen diungkapkan .Orang tua merasa disibukkan dengan kegiatan pembelajaran peserta didik karena berbasis terintegrasi dan kewirausahaan. Kegiatan pembelajaran peserta didik berupa tugas yang diberikan oleh guru. Tugas yang seharusnya dikerjakan oleh peserta didik, namun diambil alih oleh orang tua. Pekerjaan rumah tersebut adalah membuat nasi goreng untuk didesain , dan setelah itu dijual. Tugas tersebut diberikan kepada siswa kelas IV Sekolah Dasar. Alasan orang tua menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru ada dua. Pertama, agar anaknya mendapatkan nilai yang bagus, dapat mengalahkan anak lain. Kedua, tugas yang diberikan di luar kapasitas kemampuan dari anaknya. Tugas yang diberikan guru tidak terbatas pada tugas di atas, namun masih banyak tugas yang lain.
Sementara itu, tugas yang diberikan oleh guru kepada peserta didik memiliki beberapa alasan. Alasan pertama, melatih kompetensi peserta didik; kedua, melatih kemandirian dari peserta didik; ketiga implikasi dari desain pembelajaran; keempat, sebagai implikasi dalam kurikulum merdeka. Guru cenderung menunjukkan bahwa kegiatan pembelajarannya benar-benar telah dikategorikan dalam Kurikulum Merdeka dan telah mengimplementasikan Profil Pelajar Pancasila. Sebuah kepatuhan guru terhadap program pemerintah dan perubahan di bidang pendidikan.
Baca Juga:Pemdes Rawalele Bagikan Honor RT/RW Sekaligus Buka Puasa BersamaDPRD Karawang Minta Bupati Definitifkan Kadinsos dan Rombak Struktural
Kurikulum Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Karakteristik utama dari kurikulum yang mendukung pemulihan pembelajaran adalah fokus pada materi esensial sehingga pembelajaran lebih mendalam; waktu lebih banyak untuk pengembangan kompetensi dan karakter melalui belajar kelompok seputar konteks nyata; pembelajaran yang menyenangkan dan relevan dengan kebutuhan pelajar dan kondisi satuan pendidikan; memberikan fleksibilitas bagi pendidik dan dukungan perangkat ajar serta materi pelatihan untuk mengembangkan kurikulum satuan pendidikan dan melaksanakan pembelajaran berkualitas; mengedepankan gotong royong dengan seluruh pihak untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.