Bulan Ramadhan harus ditinggalkan dan kita sudah masuk bulan Syawal. Saatnya kita berfikir ke depan , bukan berkutat masa lalu , akan tetapi masa lalu tetap menjadi pengalaman yang berharga. Mengukur keberhasilan ibadah puasa selama 29 hari yang lalu, suatu hal yang penting. Bukankah setiap orang yang beriman yang melaksanakan puasa mengharap dengan sangat ibadah puasanya bisa diterima dan dosanya terhapus sehingga bisa meningkat derajatnya menjadi orang yang bertaqwa sesuai dengan Firman Allah yang menjadi dasar dan tujuan dari puas Al Baqarah ayat 183 yang sangat monumental yang bunyinya: “ Wahai orang orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. Ujung ujungnya dari ibadah puasa adalah menjadi manusia bertaqwa. Manusia yang memiliki derajat yang paling tinggi di sisi Allah dan dikategorikan sebagai bekal yang paling baik menghadap sang khaliq. Sebaik baiknya bekal adalah taqwa, demkian Al Qur’an memberitakan.
Ukuran keberhasilan puasa bisa dilihat dari dua sudut pandang yaitu dari Al Qur’an dan dari kisah inspiratif. Dikatakan ibadah puasanya berhasil bila kita bisa memiliki sifat mulia baik di sisi Allah maupun manusia, seperti yang tersurat dalam Firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 133-135 yang artinya kurang lebih : “ciri ciri orang yang bertaqwa ada 5 yaitu orang yang berinfaq baik di waktu lapang maupun sempit, orang yang menahan amarahnya, orang yang memaafkan kesalahan orang lain, orang yang berbuat kebaikan dan orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, segera ingat kepada Allah lalu memohon ampunan atas dosanya dan tidak meneruskan perbuatan dosa”. Ciri yang melekat pada orang yang sukses ibadah puasanya, semuanya bersifat aktif bukan pasif dan istimewa. Ada kata di saat sempitpun mengeluarkan infak, ada kata memaafkan bukan hanya minta maaf, ada kata bersegeralah. Ini menunjukkan bahwa mereka yang berhasil puasanya memiliki kesadaran individu yang tinggi dan kebersihan jiwa yang luar biasa maka Allahpun menghadiahkan surga kepadanya. Keistimewaannya terletak pada dimensi ke Tuhanan dan Kemanusiaan. Dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an bahwa, kata orang yang beriman selalu disandingkan dengan berbuat baik atau beramal shaleh. Sebaik baiknya pahala adalah surga.