Dalam pandangan tokoh islam lewat dialog antara Umar bin Khatab dan sahabatnya Ubay bin Ka’ab. Umar bertanya pada Ubay: Wahai Ubay, apa makna taqwa ? Ubay justru balik bertanya: Umar, pernahkah kau berjalan melewati jalan yang penuh dengan duri? Umarpun menjawab: pernah. Kemudian dilanjutkan pertanyaan, ketika kamu Umar berjalan di jalan yang penuh duri, apa yang kau lakukanF? Umarpun menjawab: aku harus berhati hati agar aku tidak tertusuk duri. Kemudian Ubaypun menutup dialog tersebut denagan berkata : itulah hakekat taqwa.
Begitulah makna taqwa dari dua perspektif yang satu dengn menunjukkan ciri yang lugas, sedangkan perspektif lain dalam abtraksi tapi menyeluruh. Keduanya bila digabungkan akan menjadi difinisi yang komprehensif. Jadi orang yang berpuasa dikatakan berhasil apabila bisa mencapai derajat taqwa dan mempertahankan derajat itu pada bulan berikutnya setelah puasa. Keistiqamahan dalam bertaqwa inilah yang disukai oleh Allah. Mari kebiasan beribadah di bulan ramadhan bisa kita transfer dalam bulan lain di luar ramadhan, sehingga taqwa tidak mengenal dimensi waktu tapi bisa sewaktu waktu. Semoga Allah meridhai upaya kita menuju mutaqin.