MEMAKNAI BULAN SYAWAL 1444 H

MEMAKNAI BULAN SYAWAL 1444 H
0 Komentar

Ajarannya bagus tapi implementasinya kurus. Pada hal Allah swt sangat menyukai ibadah yang istiqamah atau ajeg, jadi sebelum dan sesudah ramadhan harus tetap sama bahkan ditingkatkan baik ibadah kepada Allah maupun muamalah sesama machluk Allah? Kenapa bisa terjadi begitu ? Banyak factor yang menjadi penyebabnya : bisa jadi pemahaman keislaman yang kurang memadai, lingkungan pergaulan kurang mendukung, peran orang tua dalam memberi dan menjadi teladan belum bisa terwujud dan peran tokoh masyarakat dan tokoh agama yang diidolakan belum ada.

Ada makna yang terkandung di dalamnya : Satu, umat Islam merasakan kegembiraan yang luar biasa setelah sebulan penuh bisa mengontrol hawa nafsu dan akhir dari perjuangan tersebut manusia kembali menjadi suci tanpa dosa bagai bayi yang baru lahir. Selama sehari penuh dalam bulan ramadhan, tidak makan dan minum serta menghinadari perkataan dan perbuatan yang tidak terpuji. Dalam bulan yang penuh berkah tersebut interaksi dengan sang Khalik sangat intens serta menjalin hubungan sesama manusia semakin bagus. Jadi hari kebahagiaan ini tidak bisa dilepaskan dari bulan ramadhan sebelumnya, melalui proses yang panjang dan berat, melalui bulan pendidikan atau syahrul tarbiyah.

Allah swt meningkatkan derajat manusia dari yang semula beriman menjadi bertakwa melalui puasa. Untuk mencapai derajat yang mulia tersebut Allah memberi energi positif di sepuluh hari pertama dengan mencurahkan rahmatNya, kemudian disusul sepuluh hari kedua dengan ampunan dan akhirnya di sepuluh hari terakhir dengan bebas dosa. Dua,bulan filantropi atau kedermawanan. Selepas puasa , bekas kebaikan masih tertanam di hati dan di penghujung ramadhan umat Islam megeluarkan zakat fitrah untuk membersihkan harta kita serta menyempurnakan puasa kita dan dibagikan kepada yang berhak menerima. Di bulan Syawal ini juga orang gampang untuk berinfak, shadaqah sebagai perwujudan dari sifat takwa. Jadi di hari idul fitri ini disamping waktu untuk bersuka ria, tapi juga penuh berkah dengan berbagi kepada sesama.Tiga, esensi yang lebih penting lagi adalah bahwa bekas bekas kebaikan di bulan puasa harus dilanjutkan ke 11 bulan berikutnya agar keberhasilan berpuasa sangat nampak dan menjadi berkah bagi lingkungan. Itulah islam menjadi rahmatan lil ‘alamin.

0 Komentar