Mengetahui banyak kayu jati bekas bongkaran yang terbuang percuma, saya seperti mendapatkan durian runtuh. Itu harta karun bagi saya, karena dari kayu jati itulah awal dari kerajinan kapal-kapal itu saya buat,” kata Arifin.
Kini, kapal miniatur yang dibuat Arifin juga dikembangkan modelnya. Tidak lagi sebatas kapal tradisional nusantara, namun membuat kapal model lain seperti model perahu armada Laksamana Cheng Ho dari Tiongkok, ataupun model kapal galiung milik Sulaiman Al Qonuni Penguasa Kesultanan Turki Utsmaniyah ke-10, pada abad 16.
Menurut Arifin dalam waktu sebulan, bengkel miniatur kapal nusantara miliknya bisa menghasilkan 18-20 unit miniatur kapal pinisi ukuran kecil. Perahu ukuran kecil ini dengan panjang sekira 45 cm ini dijualnya seharga Rp 350 ribu. “Saya juga menerima pesanan untuk miniatur kapal berukuran agak besar. Pernah juga saya menerima pesanan kapal miniatur sepanjang 2 meter, pengerjaaannya agak lama selama kurang lebih dua minggu. Kapal miniatur itu saya jual seharga Rp 15 juta per unitnya,” kata Arifin.
Baca Juga:Belum Sarapan, Kang Ropi Makan Ketoprak Mas Gendut dari Penjual di Pinggir JalanSilsilah Keluarga Abdurrofi Abdullah, Masih Ada Keturunan Ciung Wanara dan Pelaut Tumasik
Perjalanan Arifin ternyata tidak selamanya mulus. Serangan pandemi Covid-19 sempat menghantam usaha kerajinannya. Uahanya surut dan terancam bangkrut. Namun, berkat bantuan dan perhatian dari Bupati Anne Ratna Mustika, usaha Arifn bisa bangkit kembali.
“Masa pandemi Covid-19 merupakan masa yang sangat berat bagi pelaku UMKM seperti saya. Saya hampir bangkrut. Kondisi benar-benar berat. Namun berkat bantuan dari Bupati Anne Ratna Mustika, saya bisa bangkit kembali. Terima kasih yang tak terhingga untuk Bupati Anne. Saya tidak tahu, bagaima cara membalas jasanya yang sangat besar,” tutur Arifin, sambil menerawang mengenang masa suram yang pernah dihadapinya.(mas/sep)