SUBANG-Produksi gula aren secara tradisional memang tidak mudah. Meskipun demikian proses ini masih dilakukan oleh masyarakat di Desa Cibeusi Kecamatan Ciater. Mengingat kebutuhan masyarakat terhadap gula aren ini masih tinggi.
Melimpahnya sumber daya alam di Desa Cibeusi menjadikan sebagian warganya yang tetap bertahan memanfaatkan kekayaan alam tersebut.
Dalam prosesnya, pertama-tama pohon aren disadap terlebih dahulu selama sehari semalam. Penyadapan tersebut menggunakan bambu yang dipotong memanjang kurang lebih satu meter.
Setelah air nira terkumpul banyak, kemudian ke tahap penyaringan setelah disaring masuk ke tahap pemasakan. Pemasakan menggunakan wajan besar dan untuk pengapiannya menggunakan tungku dengan api yang sedang. Selama pemasakan sesekali harus diaduk agar air nira masak merata.
Baca Juga:LSM dan Ormas di Subang Terus BertambahPolisi Gencarkan Operasi Pasar, Stok Bahan Pokok Aman Pasca-Lebaran
“Gula aren ini tidak dicampur apa-apa lagi, murni hasil sadapan. Proses pemasakan memakan waktu kurang lebih 2-3 jam,” ujar pembuat gula aren Endang kepada Pasundan Ekspres, Rabu (3/5).
Setelah gula aren matang, kemudian dituangkan kecetakan yang sudah disediakan yang terbuat dari bambu yang dipotong kecil. Pemilihan cetakan dari bambu agar gula tidak lengket, karena bambu mengandung air.
Setelah dituangkan ke cetakan, kemudian didinginkan terlebih dahulu agar gula mengeras dan padat.
“Sambil menunggu gula dingin dan mengeras kita siapkan daun Kawung untuk mengemas gula aren ini,” ujarnya.
Gula aren yang sudah dikemas kemudian dijual ke warga sekitar dengan harga yang bervariatif. Untuk ukuran yang besar kurang lebih 800 gram dijual dengan harga Rp18.000 dan yang kecil Rp15.000.(acp/ysp)