Karena kepercayaan masyarakat terhadap masjid sangat tinggi karena takmirnya bersifat terbuka, jujur dan melayani masyarakat maka uang infak masjid per tahun pada tahun 1999 baru rp 8.640.000 meningkat pesat menjadi 3,6 miliar rp saat sekarang dan harus bersaldo nol rp tiap bulan atau tidak disisakan. Bahkan sekarang tersedia ATM beras dengan isi 2,7 ton beras untuk 1.380 kartu pemegang ATM beras.
Setiap bulan ramadhan, masjid ini menyediakan takjil atau buka bersama sebanyak 3.000 piring tiap hari. Fenomena masjid seperti ini memang langka , akan tetapi bisa dicontoh dimana saja asal takmir masjid memiliki komitmen yang tinggi untuk memakmurkan masjid dan mensinergiskan masjid dengan jamaahnya.
Masjid Jogokaryan telah menerapkan managemen terbuka dan modern serta peduli terhadap jamaahnya sehingga mendapatkan balasan dari jamaah dalam bentuk memakmurkan dan dukungan dana infak untuk membeayai kebutuhan masjid. Semakin banyak jenis pelayanan yang diberikan pada jamaah maka akan semakin banyak mendapatkan simpati msjid tersebut.
Baca Juga:Aspirasi Jelang Pilkada 2024, Ini Suara Rakyat untuk Pemimpin Subang!Cerita Dosen STIQ As-Syifa Subang Soal Kondisi di Sudan
Dibalik banyaknya masjid dan kemegahannya, ada pekerjaan rumah besar kenapa masjid tidak makmur jamaahnya ? inilah pertanyaan yang sangat mendasar yang dialami umat Islam di Indonesia .
Masjid yang bagus dan banyak jumlahnya belum sebanding dengan kemakmurannya, hal ini bisa dilihat bahwa jamaah masjid hanya penuh saat sholat Jum’at dan sholat tarweh sedangkan pada sholat wajib lainnya masih memprihatikan di sebagian besar masjid. Penelitian tentang kemakmuran masjid di DIY menunjukkan bahwa hanya sekitar 11-12 persen dari kapasitas masjid, jumlah jamaah pada sholat wajib. Jadi kalau kapasitas masjid ada 100 jamaah maka hanya sekitar 11-12 orang jamaah . Sekali lagi hanya spirit untuk memakmurkan masjid masih memprihatinkan di sebagian besar masjid baik yang disediakan jamaah maupun pengusaha fasilitas umum, termasuk yang disediakan Pemerintah. Hal ini bisa dilihat pada saat waktu sholat tiba, berapa jamaah yang memakmurkan masjid di kampung maupun di pinggir jalan utama yang menghubungkan kota yang satu dengan lainnya.
Salah satu penyebabnya adalah belum terjadinya sinergi antara masjid dan jamaah. Banyak masjid yang selalu menghimbau jamaahnya agar memakmurkan masjid, akan tetapi para pengurusnya tidak pernah memikirkan kebutuhan jamaah misalnya terkait dengan kebutuhan ekonomi, kesehatan, kebutuhan sosial, keamanan, kenyamanan, kebutuhan psikis lainnya sehingga jamaah belum dimakmurkan oleh masjidnya sendiri.