Sejatinya tiket kereta dipesan oleh Umar. Sembari dalam perjalanan itulah ia segera memesan dua tiket kereta Turangga tujuan Gubeng-Yogyakarta. “Alhamdulillah kami tiba di Stasiun Gubeng sekitar pukul 18.13 WIB sehingga bisa salat di musala stasiun, Maghrib dan Isya di jamak qashar. Selanjutnya kami masuk ke kereta. Legalah hati kami karena tidak ketinggalan kereta,” ujarnya.
Sementara itu Dr Aqua sendiri sudah berangkat lebih awal dari Malang menggunakan Kereta Malabar pukul 17.10 WIB. Tujuan akhir kereta itu Stasiun Bandung.
Umar dan istrinya tiba lebih dulu di Stasiun Tugu Yogyakarta pukul 22.48. Mereka masih harus menunggu di stasiun selama 35 menit hingga Kereta Malabar yang membawa Dr Aqua datang. “Kami pun berjumpa di pintu keluar hingga kami menuju mobil jemputan yang sudah menunggu. Pak Dicky, sopir andalan Dr Aqua sudah sejak lama dengan sabar menunggu kedatangan kami di Stasiun Tugu Yogyakarta,” kata Umar lagi.
Baca Juga:KRPI Soroti Soal Pengaturan Nakes dan Jaminan Sosial dalam RUU Kesehatan Spesifikasi Samsung A24 LTE, Dijamin Kerja Kamu Semakin Produktif
Setibanya di rumah Dr Aqua di Kompleks Perumahan Dosen UGM, Depok, Sleman, mereka ngobrol santai bersama Dr Aqua. Karena kecapekan setelah menempuh perjalanan, mereka pun pergi ke kamar tidur masing-masing guna beristirahat.
Mengejutkan Umar
Esok harinya, pagi-pagi benar Umar dan sang istri diajak sarapan bersama Dr Aqua dan Pak Dicky. Satu hal yang mengejutkan bagi Umar adalah meja makan yang begitu panjang dan lebar serta tebal dengan seluruh penyangga kaki meja makan. Semuanya terbuat dari kayu Merbau asal Papua.
Kayu Merbau termasuk ke dalam golongan kayu berat (BJ 0,63-1,04 pada kadar air 15%) dan kuat (kelas kuat I-II). “Patutlah ketika meja makan kayu Merbau itu datang ke rumah Dr Aqua di Yogyakarta harus diangkat 27 personel tentara yang gagah perkasa. Wooow… sungguh luar biasa,” gumam Umar yang mendapatkan cerita dari Dr Aqua ihwal meja makan tersebut sambil menikmati hidangan sarapan pagi.
Sembari mereka sarapan pagi rupanya ada “kamera drone” yang memotret mereka. dikendalikan Aryanti Putri Utami panggilan akrab Yanti dari atas balkon. Ide yang kreatif dan hasilnya memukau.