PURWAKARTA-Ribuan ayam petelur milik Lili Abdullah di Kampung Ciasem, Desa Cicadas, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, mati massal akibat cuaca panas.
Atas kematian massal ayam petelurnya itu, Lili menanggung kerugian hingga ratusan juta rupiah. “Tiap tahun pasti ada masa-masa cuaca panas. Namun cuaca panas yang terjadi saat ini lebih parah jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata Lili kepada wartawan, belum lama ini (20/5).
Diakui Lili, kondisi seperti ini baru dialaminya selama dirinya beternak. “Dari 1.500 ekor ayam petelur yang ada di kandang, saat ini hanya tersisa beberapa ekor saja. Sebanyak 80 persen ayam mengalami kematian massal,” ujarnya.
Baca Juga:Bank Syariah Indonesia (BSI) KCP Subang Otista 1 Keluarkan Lebih dari 500 Paket Uang SARWarga Desa Pinayungan Kecamatan Telukjambe Timur Keluhkan Jalan Provinsi Rusak
Lili menyebutkan, kondisi cuaca yang panas membuat ayam petelur miliknya banyak yang sakit dan mengalami kematian massal dalam sebulan terakhir. Kondisi ini diperparah dengan kenaikan tepung konsentrat dan jagung, yang menjadi bahan utama untuk pakan ayam.
“Untuk menekan kerugian, saya memutuskan menjual puluhan ayam petelur yang tersisa di kandang sebagai ayam apkiran. Pasalnya, jika terus di pertahankan, seluruh ayam dipastikan akan mati akibat cuaca panas,” ucapnya.
Imbas kematian massal ini, kata Lili, dirinya merugi hingga Rp300 juta. “Saya juga kebingungan mengantisipasi agar ayam tidak mati akibat suhu yang begitu panas. Ayam yang mati pun dikubur untuk menghindari timbulnya penyakit, baik kepada ayam yang hidup atau manusia,” kata Lili.
Ke depan, Lili mengaku akan kembali mendatangkan ayam petelur usia remaja, agar bisa kembali memproduksi telur. “Nanti lah, saat kondisi cuaca kembali membaik serta harga pakan sudah kembali di harga rasional,” ujarnya.(add/ysp)