SUBANG-Hasil panen jahe seberat 26 ton dari seluruh petani di Kabupaten Subang diekspor ke Bangladesh. Jahe merupakan salah satu komoditi yang sangat dibutuhkan di luar negeri, apalagi saat ini fase musim dingin di sana.
Eksportir Kabupaten Subang H Asep Kurnia Muhtar menyampaikan, target dalam seminggu ini dua kali ekspor, tetapi minimal untuk sementara ini hanya satu kali.
Dia mengatakan, keunggulan jahe di Indonesia mempunyai kualitas yang baik dibanding dengan negara lain. Maka dari itu, permintaan untuk ekspor jahe di Indonesia cukup lumayan tinggi.
Baca Juga:DPRD Karawang Dorong Damkar jadi OPD TersendiriJunjung Tinggi Pelayanan Publik Berbasis HAM
Jahe yang diekspor berasal dari Subang bagian selatan. “Karena penanaman jahe itu lebih bagus di mdpl kisaran antara 400 sampai dengan 800,” ungkapnya ditemui di sela-sela pelepasan ekspor di Rosin Resto Subang, Rabu (14/6).
Sehingga penanaman jahe lebih diprioritaskan di wilayah selatan, mempunyai lebih dari 500 mdpl. Salah satunya, ada di daerah serang panjang yang mempunyai 650 mdpl.
“Pokoknya wilayah-wilayah selatan itu hampir semua ada seperti di daerah, Tanjungsiang, Ciater, Jalancagak, Cisalak dan Kasomalang,” lanjutnya.
Selain ekspor ke Bangladesh, ada juga dilakukan ekspor ke Pakistan dan Dubai. Untuk ke depannya, akan dicoba mengekspor jahe tersebut ke wilayah Eropa.
Dengan permintaan ekspor jahe yang tinggi, perlu adanya edukasi kepada para petani agar bisa mengahasilkan jahe yang berkualitas. Karena tuntutan utama di dalam ekspor itu adalah kualitas.
Salah satu contohnya, berat jahe tersebut minimal 150 gram ke atas, kemudian warna dan umur dari tanaman tersebut. Ini menjadi sebuah syarat untuk bisa dilakukannya ekspor.
“Harapannya, ini menjadi sebuah program yang bisa diserap oleh pemerintah. Dengan mengedukasi melalui Dinas Pertanian di Kabupaten Subang,” ujarnya.
Baca Juga:Posisma Libatkan 871 Atlet Tandingkan 12 Cabang PerlombaanIndosat Hadirkan Paket Haji, Terus Terhubung dengan Keluarga saat Beribadah
Dia mengatakan, kemudian bekerja sama dengan para kelompok tani, dengan membuat sebuah program prodak pengembangan budidaya jahe secara serempak atau massal.
“Nantinya kita bisa mapping untuk pemasarannya di bulan berapa dan jaminan pasarnya sudah ada. Sehingga ketika menanam jahe dengan cara berkelompok, maka kuantiti kebutuhan itu akan terpenuhi,” jelasnya.(sat/ysp)