Oleh :
Yulia Enshanty, S.Pd (Guru Geografi SMA di Kabupaten Sukabumi)
Indonesia merupakan negara yang secara geologis terletak pada tiga pertemuan lempeng, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Hindo-Australia. Secara geografis, Indonesia juga merupakan negara kepulauan yang memiliki tofografi yang bervariasi. Keadaan tersebut menjadikan wilayah Indonesia memiliki kerentanan yang cukup tinggi terhadap berbagai bencana. Jenis bencana yang terdapat di tanah air sangat beragam yang dikelompokkan kedalam dua kategori besar yakni bencana akibat faktor alam yang terdiri dari banjir, tanah longsor, letusan gunung api, tsunami, angin topan, gempa bumi, kekeringan, kebakaran hutan, hama tanaman, wabah penyakit serta bencana akibat faktor ulah manusia seperti musibah industri, kegagalan teknologi, pencemaran lingkungan, tanah longsor, kebakaran, kecelakaan, konflik sosial dan aksi teror.
Berbagai bencana yang terjadi seringkali menimbulkan banyak korban jiwa, rusak atau hancurnya sebagian besar infrastruktur, permukiman, bangunan pendidikan, kesehatan, keamanan, sosial, dan ekonomi. Hingga saat ini, belum ada teknologi yang bisa memastikan kapan bencana akan terjadi. Kerja sains yang berkaitan dengan bencana lebih untuk membangun sistem pencegahan dan tanggap darurat yang cepat.
Baca Juga:Ajukan Pengunduran Diri, Sejumlah Kades Coba Peruntungan Jadi Wakil RakyatDiduga Akibat Proyek Japek II, Sumber Mata air Warga Citaman Surut
Bencana yang terjadi selain menimbulkan potensi jatuhnya korban dan kerugian materil, dapat berdampak psikologis bagi masyarakat terutama bagi generasi muda. Kemampuan dalam menghadapi bencana bagi peserta didik menjadi sangat penting karena sebagian besar waktu peserta didik dihabiskan di sekolah. Apabila terjadi bencana di sekolah, perbandingan jumlah guru di lingkungan sekolah menjadi tantangan dalam proses penyelamatan peserta didik yang jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, peserta didik harus mampu dan siap dalam menghadapi bencana yang menimpa mereka kapanpun.
Melalui pendidikan diharapkan agar upaya pengurangan risiko bencana dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat dikenalkan secara lebih dini kepada peserta didik, yang pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap kesiapsiagaan individu maupun masyarakat terhadap bencana. Namun pada pelaksanaan penerapan pendidikan kebencanaan di sekolah menghadapi beberapa kendala sehingga tidak dapat dilaksanakan secara maksimal.
Mitigasi dan pengurangan risiko bencana secara umum telah masuk pada sistem pendidikan. Akan tetapi pendidikan kebencanaan belum termaktub secara khusus dalam kurikulum yang ada saat ini.