Perjalanan Uang di Indonesia Pada Era Jepang
- Pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia setelah merebutnya dari Hindia Belanda.
- Jepang membawa mata uangnya sendiri dan melikuidasi bank-bank Indonesia, termasuk De Javasche Bank.
- Bank sirkulasi digantikan oleh Nanpo Kaihatsu Ginko (NKG) yang didirikan oleh Jepang.
- Namun, setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, De Javasche Bank diaktifkan kembali oleh NICA untuk mencetak dan mengedarkan uang mereka demi mengacaukan perekonomian Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, pemerintah Indonesia mencetak mata uang mereka sendiri dengan menerbitkan Oeang Republik Indonesia (ORI).
Namun, peredaran ORI sempat terhambat karena kondisi yang belum stabil.
- Penerbitan ORI dilakukan dalam beberapa tahap dengan berbagai pecahan, seperti 1 sen, 5 sen, 10 sen, 1/2 rupiah, Rp 1.00, Rp 5.00, Rp 10.00, dan Rp 100.00.
- Pada era Orde Baru, uang yang diterbitkan adalah seri Sudirman yang terdiri dari 11 pecahan dengan berbagai denominasi.
- Pada tahun 1971, terjadi devaluasi Rupiah sebesar 10 persen yang mempengaruhi nilai tukar terhadap dolar AS.
- Seri uang baru muncul pada tahun 1975 dengan gambar Pangeran Diponegoro.
Perjalanan Uang di Indonesia Pada Era Reformasi
- Pada era Reformasi, uang pecahan Rp 100.000 bergambar Soekarno-Hatta dicetak menggunakan bahan plastik polymer di Australia dan Thailand.
- Selain itu, terdapat pula uang pecahan Rp 1.000 dengan gambar Kapten Pattimura dan uang pecahan Rp 5.000 dengan gambar wanita menenun.
- Pada tahun 2016, Presiden Jokowi meluncurkan serangkaian pecahan uang kertas dan logam baru.
- Pada tahun 2020, Bank Indonesia mengeluarkan pecahan uang baru sebesar Rp 75.000.
Dengan perjalanan sejarah yang panjang, uang di Indonesia telah mengalami transformasi dari penggunaan emas dan perak hingga uang kertas dan elektronik yang kita kenal saat ini.
Sejarah uang mencerminkan perkembangan ekonomi dan kehidupan masyarakat Indonesia sepanjang zaman.