Panorama yang bisa dinikmati di sekitar obyek ini adalah jalan bersemen yang naik turun dengan pemandangan alam pohon yang rindang serta suhu yang serasa dingin. Di bawah pancaran air terjun yang putih dengan ketinggian 30 m yang terbelah tiga cabang, di bawahnya mengalir sungai yang airnya bening, tak berasa dan tak berwarna menjadi wahana yang sangat menarik wisatawan yang ingin memanjakan tubuhnya untuk disiram dengan air terjun Jumog, bahkan di bawahnya dilengkapi dengan kolam renang yang memadai. Pancaran air terjun yang putih bagaikan salju tersebut bila mendapat sinar matahari akan nampak berkilau dan menyajikan pelangi beraneka warna.
Di sisi lain terkait dengan pembangunan pariwisata yang humanis maka setiap aktivitas pembangunan dalam perspektif teori pembangunan kekinian, harus memberikan trickle down effect atau bisa dirasakan oleh masyarakat sekitarnya, inilah inti pembangunan berkelanjutan. Bila tidak , bisa jadi masyarakat hanya sebagai penonton saja , tidak bisa menikmati hasil pembangunan. Ini yang harus dihindari. Disamping itu kegiatan pembangunan pariwisata harus tetap menjaga lingkungan jangan sampai mengalami kerusakan. Konservasi lingkungan harus tetap terjaga sehingga tidak menimbulkan bahaya dan bencana di kemudian hari. Demikian pesan pembangunan berkelanjutan dalam teori pembangunan.
Kegiatan pariwisata sebenarnya adalah sebuah transaksi antara pengunjung dan pengelola serta masyarakat yang bisa melihat peluang usaha. Tuhan telah menyediakan alam seisinya dengan panorama yang indah untuk machluk ciptaannya, demikian Al Qur’an mengisahkan dalam QS 55 Ar -Rahman. Sektor usaha yang berkembang mengiringi obyek wisata Jumog adalah bervariasi mulai dari berkembangnya kuliner di sepanjang kiri kanan sungai ciptakan air terjun Jumog samapai di area parkir dengan makanan khasnya sate kelinci dan landak, sambil menikmati aliran sungai yang berbatuan beku dan siraman air terjun dalam jarak pandang yang dekat dan dalam alam dengan suhu yang dingin akan menambah eksotisnya panorama air terjun. Jasa Transportasi juga ikut berkembang karena memindahkan wisatawan dari satu tempat asal menuju tempat tujuan butuh mode transportasi dan saat hari libur tempat parkir penuh berisi kendaraan besar hingga kecil yang tentu saja menghasilkan uang bagi penyedia parkir, tukang parkir maupun pengguna jasa transportasi. Untuk mencapai tempat eksotik lainnya seperti Candi Sukuh, jembatan kaca dll juga tersedia kendaraan jeep dengan tarif 250.000 hingga 300.000 rp . Disamping tiket masuk per orang rp 20.000 untuk turis lokal dan rp 30.000 untuk turis manca negara, merupakan pendapatan daerah dan desa yang tidak sedikit sehingga menjadi sumber investasi dalam konsep teori pembengunan ekonomi dan wilayah, berkembang juga jasa lainnya seperti kebutuhan toilet dan mandi kemudian kolam renang. Jadi semua bisa dijadikan sumber pendapatan termasuk jasa angkutan ojek dari tempat parkir bawah menuju pintu gerbang Jumog. Jasa perdagangan ikut berkembang seperti buah tangan atau oleh oleh khas Karanganyar dan segala pernik kebutuhan manusia untuk dibawa pulang.