SUBANG – Pertamina telah mengeluarkan instruksi kepada agen dan pangkalan untuk memulai sosialisasi dan pembiasaan terkait program subsidi tepat elpiji 3 kilogram sejak bulan Mei 2023.
Meskipun implementasi program ini belum dilakukan, langkah-langkah pembiasaan telah dimulai. Hal ini terlihat di berbagai agen dan pangkalan, di mana pengecer diminta untuk melakukan pendataan dengan menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) mereka.
“Benar, agen dan pangkalan sudah mulai melakukan pembiasaan terkait program subsidi tepat elpiji 3 kilogram,” ujar Ketua Hiswana Migas DPC Subang.
Baca Juga:Novaza Mantap Maju Kembali di Pileg 2024 untuk Mewujudkan Aspirasi dan Infrastruktur untuk Masyarakat SubangBhayangkara Music Festival Mewujudkan Bakat Musik Milenial Subang
Menurutnya, setiap harinya agen dan pangkalan elpiji diarahkan untuk melakukan transaksi pembelian menggunakan metode subsidi tepat dengan menggunakan KTP sebagai acuan.
Penggunaan nomor induk kependudukan (NIK) dalam pendataan ini, hingga saat ini tidak menemui kendala dari masyarakat.
“Ada masyarakat yang sudah terdaftar di P3KE (Pensasaran, Percepatan, Penghapusan Kemiskinan Ekstrem), ada juga yang belum. Oleh karena itu, petugas di agen dan pangkalan akan membantu agar masyarakat terdaftar,” jelasnya.
Teddi, salah satu agen gas elpiji, mengungkapkan bahwa agen dan pangkalan telah dilengkapi dengan ponsel Android yang terhubung dengan aplikasi untuk pendataan dan pengiriman data terkait program subsidi tepat.
“Mengenai implementasinya, kami belum mengetahuinya karena belum ada keputusan kapan program pemerintah terkait subsidi tepat elpiji 3 kilogram ini akan dilakukan. Yang jelas, upaya pembiasaan dan sosialisasi sudah dilakukan,” tambahnya.
Sementara itu, Cahyo, seorang warga Gang Tangkuban Parahu, Kelurahan Pasirkareumbi – Subang, mengatakan bahwa pembelian gas elpiji 3 kilogram dengan menunjukkan KTP telah diumumkan sejak bulan lalu.
“Iya, katanya begitu kalau mau beli di pangkalan. Meskipun masih bisa membeli seperti biasa, saat ini masih dalam tahap sosialisasi. Mungkin ini hanya langkah awal untuk membiasakan agar tidak terjadi kesulitan ketika program tersebut diimplementasikan,” ungkapnya. (ygo/ded)