Oleh :
1.Temy Yulianti, S.Pd., M.Pd., Gr. (Guru Geografi MAN 20 Jakarta)
2.Drs.Priyono,MSi (Dosen pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
Beberapa hari yang lalu, seluruh umat muslim di dunia baru saja merayakan salah satu hari besar keagamaan, yakni Hari Raya Idul Adha. Hari Raya ini tidak terlepas dari ritual ibadah yang dilaksanakan oleh sebagian muslim yang mampu, yakni melaksanakan ibadah haji, dimana di dalamnya terkandung berbagai amalan yang dilakukan diantaranya ihram, tawaf, sai, dan wukuf di Padang Arafah.
Kita tentu sudah mengetahui bahwa ritual yang tadi disebutkan adalah sebuah aktivitas untuk menapaktilasi perjalanan seorang manusia yang teramat agung dan harus digali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Karena penulis meyakini bahwa ritual ibadah yang dilakukan saat haji tak sekedar ritual belaka tanpa makna. Di dalamnya pasti ada nilai-nilai luhur yang harus dilaksanakan tidak saja pada saat haji, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari di berbagai bidang kehidupan, dimana salah satunya adalah pendidikan.
Sebagai pendidik, kita mendapat amanah kurikulum untuk melaksanakan penguatan Profil Pelajar Pancasila yang telah dirancang oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan tujuan untuk meningkatkan pendidikan karakter di Indonesia. Program ini diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Baca Juga:Kondisi Keuangan Pemkab Tidak Baik-baik Saja, Kas Daerah Hanya Tersisa Rp40 MiliarDibuka Sejak Tahun 1978, Pesona Keindahan Curug Cijalu Dinikmati Wisatawan Luar
Dalam sebuah jurnal ilmiah, Suyanta menuliskan bahwa prosesi Ibrahim saat mencari siapa sebenarnya Tuhan itu telah mengilustrasikan adanya proses dan tahapan dalam mencari sekaligus menemukan kebenaran. Dari sini terlihat jelas tentang perjalanan spiritual manusia. Ibrahim memulai dengan pemberdayaan potensi badani (fisik), kemudian potensi pikir (akal, rasio) dan terakhir potensi hati (kecerdasan emosional). Ini baru dari satu kisah. Jika kita menggali kisah-kisah yang ada dalam keluarga Nabi Ibrahim, akan menjadi sebuah tulisan yang sangat panjang. Maka dalam artikel ini saya mencoba untuk menggali, apakah ada nilai-nilai Profil pelajar Pancasila dalam kisah keluarga nabi Ibrahim?