Oleh: Dony Purnomo
Guru geografi SMAN 1 Purwantoro
Guru adalah bagian sentral dalam sebuah proses pembelajaran. Hal ini tertuang dalam filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” yang memiliki arti di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan. Filosofi ini menggambarkan peran guru dalam menuntun peserta didik sesuai dengan kodratnya.
Salah satu peran guru dalam pembelajaran adalah menyemai karakter peserta didik melalui budaya positif yang diselenggarakan sekolah. Secara definisi budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada peserta didik agar peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan bertanggung jawab.
Agar budaya positif dapat diterapkan dengan baik diperlukan adanya keyakinan seluruh warga sekolah untuk mewujudkan budaya positif. Menurut Gossen (1998) suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam.
Baca Juga:Kepemimpinan di Era DigitalBrian dan Marshanda Wakil Purwakarta di Ajang Moka Jabar 2023
Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya daripada hanya sekadar mengikuti serangkaian peraturan. Begitupula dengan peserta didik, mereka perlu memahami suatu keyakinan daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan.
Menyemai karakter mulia melalui budaya positif merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran karena beberapa hal berikut;
Pertama, Menginspirasi motivasi dan keterlibatan peserta didik. Budaya positif memainkan peran penting dalam memotivasi dan melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
Ketika peserta didik merasa didukung, dihargai, dan diterima secara sosial, mereka cenderung memiliki motivasi intrinsik yang kuat untuk belajar. Guru dapat menciptakan budaya positif dengan memberikan pujian, pengakuan, dan umpan balik konstruktif kepada setiap peserta didik, sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi untuk mencapai potensi terbaik mereka.
Kedua, Mendorong kolaborasi dan komunikasi yang efektif. Budaya positif menggugah kerjasama dan komunikasi yang efektif antara peserta didik.
Melalui kerjasama dalam proyek kelompok, diskusi kelas yang inklusif, dan lingkungan yang mendukung, peserta didik diajak untuk saling mendengarkan, memahami perspektif orang lain, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam budaya positif, peserta didik merasa nyaman untuk berbagi ide, mendiskusikan perbedaan pendapat, dan membangun hubungan sosial yang sehat.