SUBANG-Ruwatan bumi atau ngaruat bumi merupakan suatu bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT. Seperti yang dilakukan masyarakat Kampung Banceuy yang selalu melaksanakannya setiap tahun.
Berbagai ritual, adat-istiadat hingga kesenian telah dilaksanakan untuk melestarikan warisan para leluhur Kampung Banceuy. Salah satu ritual yang menarik perhatian yaitu Ngarak Dewi Sri.
Ritual ini mengelilingi kampung yang ada situs makam. Antara lain makam Eyang Ito, Aki Leutik dan situs puncak dengan berakhir di balai musyawarah. Dalam iring-iringan tersebut terdapat kuda tanpa penunggang atau kuda kosong yang dituntun oleh masyarakat warga Banceuy.
Baca Juga:FPMI Akan Lapor ke Polres Subang Agar Segera Pulangkan Rumsari Korban Tindak Pidana Perdagangan OrangRidwan Kamil: Pekerja Habiskan 30 Persen Penghasilan untuk Transportasi
“Alasan kuda itu dikosongin merupakan bentuk rasa hormat pada lehur,” ucap Odang warga setempat kepada Pasundan Ekspres, Rabu (19/7).
Acara meriah yang berlangsung dua hari tersebut tidak lepas dari dukungan semua elemen masyarakat. Mulai dari warga setempat hingga aparatur pemerintah daerah yang turut serta dalam memeriahkan acara ruwatan bumi Kampung Banceuy.
Namun sebelum melaksanakan adat Ngarak Dewi Sri, sesepuh Banceuy malaksanakan Numbal terlebih dahulu sekitar pukul 07.00 WIB. Numbal dilakukan bertujuan untuk “ngahurip bumi munar lemah” yang artinya segala sesuatu yang dilakukan masyarakat Kampung Banceuy dan segala yang dihasilkan kampung adat Banceuy bisa bermanfaat dan barokah.
“Upacara inti dari ruwatan bumi yaitu ngubur semua sesajen yang terbuat dari olahan beras,” katanya.
Setelah Numbal dan Ngarak Dewi Sri, kemudian dilanjutkan dengan nyawer Dewi Sri dan ijab rosul. Juga yang ditunggu tunggu masyarakat yaitu pagelaran wayang golek.
Pagelaran wayang golek menjadi puncak acara ruwatan bumi. Wayang golek merupakan salah satu kesenian khas budaya Sunda yang salalu dinanti-nantikan pertunjukannya oleh masyarakat.
Kamir salah satu warga mengatakan mengaku senang bisa mengikuti ruwatan bumi. “Luar biasa acaranya meriah dan kompak. Harapannya semoga tradisi ruwatan ini terus diadakan setiap tahun, sehingga kebudayaan adat istiadat bisa terus dilestarikan,” katanya.(acp/ysp)