Oleh
1.Drs.Priyono,MSi (Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta)
2.Arbian Sukma Birawa, Juli Trima Siti Priana, Lana Aristya,Muhammad Azuwar Annas, Ratih Kusumaningrum ,Salsabila Pitrasari ,Sunarsih ( Mahasiswa peserta KKL 2 F.Geografi UMS)
RUMAH KITA
Haruskah kita beranjak ke kota ?
Yang penuh dengan tanya
Lebih baik di sini
Rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semua ada di sini
Rumah kita
Lirik lagu di atas merupakan penggalan lagu rumah kita, lagu legendaris yang diciptakan oleh Lan Antono (Gitaris band God Bless) ,yang diliris tahun 1988 dan sempat menjadi lagu yang hit saat itu. Lagu ini cermin kehidupan sang pencipta yang hijrah dari Malang menuju ibukota Jakarta. Rumah yang digambarkan dalam lagu tersebut adalah rumah tempat dilahirkan yang penuh karunia meskipun sederhana. Dalam perspektif geografi, rumah itu bisa sebagai kawasan atau wilayah yang lebih luas misalnya daerah asal kita, daerah pedesaan,daerah pegunungan dst.
Kota atau perkotaan dalam perspektif teori migrasi yang dicetuskan oleh Everet S Lee , lebih difungsikan sebagai daerah tujuan karena memiliki nilai kefaedahan yang lebih tinggi dibanding daerah asal karena menjadi pusat pertumbuhan yang menyediakan lapangan kerja dari berbagai sektor, pusat keramaian, pusat hiburan, pusat pemerintahan dan aneka fasilitas tersedia sehingga menjadi daya tarik penduduk untuk mendatanginya. Ada gula ada semut, kata pepetah.
Baca Juga:Cita Rasa Seruwit: Simbol Kebersamaan Lampung Timur BerjayaLPKSM Lingkar Desak Pemerintah Tingkatkan Pengawasan Distribusi Gas Subsidi
Kota identik dengan kawasan yang padat penduduknya disertai dengan jumlah penduduk yang banyak, pekerjaan yang heterogen, tempat tumpuhan untuk mencari pekerjaan, pusat keramaian dan kemacetan serta terdapat fasilitas kehidupan yang memadai, sehingga banyak pencari kerja dari berbagai daerah mengadu nasib di perkotaan, meskipun tidak semua harapannya bisa terwujud sehingga banyak dari mereka menciptakan pekerjaan sendiri di titik pusat keramaian misalnya di lampu merah perkotaan atau di tempat yang menjadi berkumpulkan warga kota. Mereka yang tidak bisa terserap di sektor formal di perkotaan dan akhirnya mencari pekerjaan sendiri untuk bisa melangsungkan kehidupan di perkotaan. Masyarakat seperti ini dalam ksesajian keilmuan sering disebut kelompak marginal yaitu sekelompok orang yang terpinggirkan, memiliki kesulitan ekonomi, penghasilan kecil dan mengalami ketidakadilan serta eksploitasi. Mereka tidak memiliki akses dalam penentuan kebijakan.